JAKARTA. Pelemahan rupiah bisa berdampak serius pada emiten properti. Sebab, harga bahan baku bakal naik. Karena itu, PT Intiland Development Tbk (DILD) berniat menaikkan harga jual bila rupiah kian terpuruk. "Kalau rupiah menyentuh 12.000, kami menaikkan harga 8%-10%," ucap Executive Director Capital and Investment Management Intiland, Archied Noto Pradono, kemarin. Dia menyatakan, pelemahan rupiah bisa mengangkat harga komponen bahan baku mechanical electrical. Sehingga, DILD juga harus menaikkan harga jual properti.
Untungnya, impor bahan baku Intiland tak terlalu besar. Untuk pembangunan perumahan mewah, sebagian besar mechanical electrical tersebut memang impor. Namun komponen seperti semen, pasir, dan lain-lain masih menggunakan produk lokal. Dus, manajemen Intiland tidak akan tinggi mengerek harga jual. Kenaikan harga jual memang bisa saja menggerus daya beli properti. Tapi, Namun Archied masih yakin, permintaan properti di dalam negeri masih kuat.Karena itu, DILD masih yakin, target pendapatan sepanjang tahun ini masih bisa tercapai. Emiten properti ini menargetkan bisa mengantongi pendapatan Rp 1,1 triliun sampai akhir tahun 2013. Selama semester I-2013, pendapatan DILD sudah mencapai Rp 764,89 miliar. Tahun ini, Intiland memasang target marketing sales Rp 2 triliun. Sepanjang semester I-2013, DILD sudah mencatatkan marketing sales Rp 1,5 triliun. Wakil Direktur Utama DILD, Suhendro Prabowo mengatakan, penjualan DILD sempat melambat karena adanya momen Lebaran. Namun, ia yakin, kinerja perusahaan ini masih akan terus melaju. DILD bahkan sedang menggarap proyek apartemen di Pantai Mutiara, Surabaya. Perusahaan ini juga telah menyiapkan lahan seluas 63 hektare (ha) untuk direklamasi. Pada tahap awal, emiten ini akan mengeluarkan investasi Rp 7,5 triliun. Proses pengerjaan proyek ini bisa memakan waktu empat sampai lima tahun mulai tahun depan. Tak hanya itu, Intiland juga tengah mengerjakan proyek di Kebon Melati, Jakarta Pusat. Intiland akan membangun superblok di central business distict.
Tahap pertama, Intiland akan membangun dua menara kondominium, disusul pembangunan perkantoran, hotel, apartemen servis dan ritel di tahap selanjutnya. Sepanjang semester I-2013, Intiland telah menyerap belanja modal Rp 750 miliar. Sementara total anggaran belanja modal Intiland di tahun ini sebesar Rp 1,4 triliun-Rp 1,5 triliun. Untuk mengerjakan proyek ke depannya, DILD masih akan mencari sumber pendanaan lainnya. DILD mengaku selain menggunakan hasil marketing sales juga akan mencari pinjaman bank atau instrumen lainnya. Kemarin (27/8), harga saham DILD menurun 5% menjadi Rp 285 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana