Dilego asing, saham big caps ini masih bisa mencetak gain



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diiringi aksi jual saham oleh pemodal asing. Alhasil, dalam sebulan terakhir, indeks baru lima kali ditutup naik. Pada perdagangan Rabu (28/3), dana asing yang keluar sebanyak Rp 697,06 miliar.

Tekanan jual itu ercermin langsung pada beberapa saham, khususnya saham berkapitalisasi besar. Secara year to date (ytd), saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami tekanan jual asing sangat besar senilai Rp 6,6 triliun pada pasar reguler. Ini setara 27,13% dari total dana asing yang keluar di pasar reguler.

Diikuti, saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 4,0 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai penjualan asing sebesar Rp 3,9 triliun secara ytd.


Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan, meski tekanan jual asing terjadi, saham berkapitaliasi besar masih bisa mencetak gain. Secara teknikal misalnya, saham BBRI masih berpotensi rebound dalam jangka waktu harian (daily chart). “Minggu depan diperkirakan bisa,” kata Nafan kepada KONTAN, Rabu (28/3).

Pergerakan BBRI memang tidak jauh berbeda dengan IHSG. Namun, dia melihat dalam jangka panjang, saham BBRI masih memiliki target harga sebesar Rp 3.900. Untuk itu, saham BBRI masih direkomendasikan beli. Saat ini, level terdekat BBRI berada pada Rp 3.450, kemudian Rp 3.350. “Apabila level Rp 3.350 bisa jebol, maka untuk weekly akan mengalami konsolidasi,” prediksi Nafan.

Sementara, saham TLKM, dia melihat kondisi bocornya informasi pada proses registrasi kartu, sedikit banyak mempengaruhi investor terhadap persepsi TLKM. Untuk itu, dia menghimbau agar pelaku pasar memperhatikan level gap TLKM di Rp 3.520. Apabila sudah memasuki area tersebut, menurutnya investor bisa mulai melakukan akumulasi beli.

“Target harga jangka panjang bisa Rp 4.440, dengan rekomendasi buy on weakness,” ujarnya.

Bukan hanya karena adanya gerusan persepsi investor tersebut, saham TLKM juga tertekan lantaran pada industri telekomunikasi masih marak perang tarif. Hal tersebut secara psikologi juga mempengaruhi pergerakan saham.

Sementara itu, saham ASII juga nampak tertekan oleh aksi jual asing. Sejak awal tahun, dana asing telah keluar dari saham ASII sebesar Rp 4 triliun, atau setara 16,44% dari seluruh net sell asing di pasar reguler sebesar Rp 24,33 triliun.

Menurut Nafan, faktor daya beli turut mempengaruhi investor untuk melihat prospek saham ASII. Belum lagi, sektor otomotif dinilai masih penuh tantangan untuk bisa tumbuh. “ASII belum mengeluarkan rilis gebrakan baru untuk pasar otomotif,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini