Dilema suku bunga



Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6% di pertemuan bulan ini. Ini kali ketiga berturut BI tidak mengutak-atik suku bunga acuan.

Memang ada ekspektasi bahwa BI berpeluang memangkas bunga acuannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beranjak jauh dari level 5%. Apalagi, nilai tukar rupiah saat ini cenderung stabil dan inflasi juga terjaga rendah.

Namun, sepertinya BI melihat pertimbangan yang lain. Meski ekonomi Indonesia butuh dorongan mengingat target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,4%. Namun menjaga stabilitas rupiah dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik lebih menjadi perhatian untuk saat ini.


Dari eksternal, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang menjadi "kiblat" kebijakan moneter dunia memang sudah memberi isyarat akan lebih sabar menaikkan suku bunga. Bahkan, belakangan sejumlah petinggi The Fed menyebut The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga sekali atau tidak sama sekali di tahun ini, mengingat ekonomi AS sedang melambat.

Hanya saja, ini belum cukup menjadi alasan kuat bagi BI menurunkan suku bunga acuan pada saat ini. Barangkali pertimbangannya terlalu riskan dana asing akan berbalik arah dan berujung menekan kurs rupiah andai bunga BI dipangkas.

Bukan BI saja yang wait and see dengan perkembangan eksternal ini. Belakangan, beberapa bank sentral di dunia juga lebih condong memilih instrumen lain untuk membantu memberi dorongan perekonomian ketimbang mengutak-atik instrumen bunga acuan yang sudah terlanjur naik.

The Fed, semisal, ogah menurunkan bunga meski jelas-jelas ekonomi AS melambat. Bank Sentral China juga demikian.

Seperti dikutip Reuters, kemarin, Bank Sentral China juga menghadapi dilema soal bunga acuan ini. People's Bank of China (PBoC) dikabarkan belum siap menggunting suku bunga acuan untuk memacu ekonomi China yang melambat. Padahal inflasi China mengendur dan mata uang yuan pun menguat.

Bank Sentral China lebih memilih memangkas suku bunga kredit di pasar dan rasio cadangan wajib atau reserve requirement ratios (RRR) bank untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Semoga saja, BI juga sudah ada amunisi lain untuk membantu menggairahkan ekonomi lagi.♦

Khomarul Hidayat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi