Diluncurkan Hari Ini, SBR011 Bisa Jadi Pilihan Investasi di Era Kenaikan Suku Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai hari ini (25/5), masa penawaran Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR011 resmi dibuka. Surat Berharga Negara (SBN) ritel ketiga yang diterbitkan di tahun ini akan menggelar masa penawaran hingga 16 Juni 2022 mendatang.

Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan kupon untuk SBR011 ini sebesar 5,5% dengan bunga yang bersifat floating with the floor. Kupon untuk tiga bulan pertama ini berdasarkan dari BI-7DRR rate saat penetapan yaitu 3,50% ditambah spread 200 bps.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan meyakini SBR011 akan jadi instrumen yang menarik karena ratenya berada di atas referensi yang ada.


Selain itu, fitur kupon SBR011 yang floating with floor akan melindungi nilai investasi para investor SBR011 dari volatilitas market, dan bila suku bunga acuan BI naik maka kupon SBR011 juga akan mengikuti kenaikan tersebut.

Baca Juga: Penjualan SBR011 Diproyeksi Laris Manis, Ini Alasannya

“SBR011 akan sangat tepat untuk  investor ritel, dikarenakan SBR011 dapat menjadi instrumen penyeimbang di portofolio investasi mereka karena aman dan terlindungi dari paparan inflasi serta volatilitas market,” kata Deni kepada Kontan.co.id, Selasa (24/5).

Serupa, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf juga meyakini SBR011 sebagai salah satu instrumen investasi paling menarik saat ini dibandingkan dengan kelas aset yang mirip secara karakteristik.

Deposito misalnya, meskipun ada kemungkinan bunga deposito ikut naik karena kenaikan suku bunga acuan dalam kurun waktu dua tahun ke depan, namun kemungkinannya untuk naik cukup tinggi hingga di atas nett kupon yang ditawarkan SBR011, terutama pada bank-bank yang memiliki nama besar, cukup minim.

Sementara untuk reksadana pasar uang, keunggulannya terletak di karakteristiknya yang likuid sehingga membuat investor sedikit lebih leluasa untuk bergerak. Namun, secara umum tren penurunan suku bunga dalam jangka panjang bisa memberikan imbas yang cukup terasa terhadap kinerja reksadana pasar uang.

“Jadi, dengan tingginya likuiditas yang ada dan ketidakpastian global yang masih cukup besar, sifat floating rate dan minimnya risiko berinvestasi pada SBR dibandingkan instrumen lainnya menjadikan SBR011 sangat menarik,” imbuh Dimas.

Baca Juga: Yakin Laris Manis, BRI Patok Penjualan SBR011 Capai Rp 500 Miliar

Senada, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi juga menilai SBR011 sebagai instrumen yang menarik di tengah era kenaikan suku bunga ke depan.

Kendati begitu, ia melihat reksadana saham punya potensi yang lebih menarik untuk jangka waktu dua hingga tiga tahun ke depan. Hal ini sejalan dengan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Apalagi, saat ini beberapa saham tengah terkoreksi, sehingga memberikan potensi upside yang lebih menjanjikan

Sedangkan Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan, dalam kondisi saat ini, reksadana pendapatan tetap juga bisa jadi pilihan yang menarik bagi investor. Menurutnya, dengan adanya kenaikan suku bunga, yield “wajar” untuk SBN acuan 10 tahun itu berada di bawah level 7%.

Hal tersebut mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik, surplus ekspor, hingga cadangan devisa yang semakin banyak.

“Jadi, selama investor masuk ke reksadana pendapatan tetap ketika yield sudah di atas 7%, untuk periode selama dua hingga tiga tahun, imbal hasil reksadana pendapatan tetap diyakini akan menarik dan bisa jadi pilihan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari