JAKARTA. Manajer investasi memanfaatkan ramainya proyek infrastruktur untuk menerbitkan reksadana penyertaan terbatas (RDPT). PT Danareksa Investment Management (DIM), salah satunya yang menerbitkan RDPT bernama Danareksa BUMN fund Properti 1. Produk ini dicatatkan dengan kode unit DNRS Prop 1. Prihatmo Hari, Direktur Utama DIM mengatakan produk ini memiliki aset dasar efek utang Adhi Persada property. "Subscriptionnya sudah kami tutup," ujar Hari, Jakarta, Kamis (25/6). Reksadana ini berhasil mengumpulkan dana Rp 300 miliar. Adapun kupon yang dibagikan sekitar 10,75% per annum. Analis Danatama Capital Desmon Silitonga mengatakan prospek RDPT sektor riil cukup menjanjikan. Apalagi, pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur yang membutuhkan pendanaan besar. "Nah, reksadana diharapkan dapat berkontribusi sebagai salah satu sumber pendanaan," ujar Desmon. Namun, menurut dia, tidak banyak manajer investasi yang sukses menggarap produk ini. Pasalnya, produk ini memiliki risiko yang lebih tinggi ketimbang reksadana konvensional. "Produk ini memiliki risiko tinggi, apalagi ketika proyek macet dan tidak ada penjamin, ujar Desmon. Investor juga harus jeli sebelum masuk RDPT. Agar tidak terjebak proyek macet, tutur Desmon, investor bisa melihat semua study kelayakan baik proyek ataupun pemilik proyek. "Hal ini bisa dilihat dari rating yang diberikan oleh lembaga rating," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
DIM terbitkan RDPT Rp 300 miliar
JAKARTA. Manajer investasi memanfaatkan ramainya proyek infrastruktur untuk menerbitkan reksadana penyertaan terbatas (RDPT). PT Danareksa Investment Management (DIM), salah satunya yang menerbitkan RDPT bernama Danareksa BUMN fund Properti 1. Produk ini dicatatkan dengan kode unit DNRS Prop 1. Prihatmo Hari, Direktur Utama DIM mengatakan produk ini memiliki aset dasar efek utang Adhi Persada property. "Subscriptionnya sudah kami tutup," ujar Hari, Jakarta, Kamis (25/6). Reksadana ini berhasil mengumpulkan dana Rp 300 miliar. Adapun kupon yang dibagikan sekitar 10,75% per annum. Analis Danatama Capital Desmon Silitonga mengatakan prospek RDPT sektor riil cukup menjanjikan. Apalagi, pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur yang membutuhkan pendanaan besar. "Nah, reksadana diharapkan dapat berkontribusi sebagai salah satu sumber pendanaan," ujar Desmon. Namun, menurut dia, tidak banyak manajer investasi yang sukses menggarap produk ini. Pasalnya, produk ini memiliki risiko yang lebih tinggi ketimbang reksadana konvensional. "Produk ini memiliki risiko tinggi, apalagi ketika proyek macet dan tidak ada penjamin, ujar Desmon. Investor juga harus jeli sebelum masuk RDPT. Agar tidak terjebak proyek macet, tutur Desmon, investor bisa melihat semua study kelayakan baik proyek ataupun pemilik proyek. "Hal ini bisa dilihat dari rating yang diberikan oleh lembaga rating," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News