Dinilai Prospektif, Ini Rekomendasi Saham Emiten Kawasan Industri Jagoan Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan yang rawan mengimpit sektor properti, segmen kawasan industri diyakini mampu bertumbuh di tahun ini. Dorongan dari kebutuhan pabrik baru, pergudangan, hingga infrastruktur pendukung new economy telah memoles prospek bisnis kawasan industri.

Tengok saja PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang pada Kamis (21/7) lalu meneken nota kesepahaman bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT Bisa Artifisial Indonesia (BISA AI) dan Indogen Capital, untuk membangun proyek kawasan industri khusus perusahaan teknologi serupa Silicon Valley.

Proyek ini bakal dibangun di atas lahan seluas 60 hektare di Cikarang, yang nantinya akan dilengkapi infrastruktur pendukung. Tak hanya KIJA, lahan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)  juga ramai dilirik oleh perusahaan berbasis teknologi.


Hingga semester pertama 2022, DMAS meraih pra-penjualan alias marketing sales sebesar Rp 995 miliar atau 55,3% dari target tahun ini. Sektor data center masih menjadi kontributor utama penjualan lahan industri tersebut.

Baca Juga: Kinerja AKR Corporindo (AKRA) Moncer pada Semester I, Simak Rekomendasi Sahamnya

Selanjutnya, PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) yang baru mengumumkan penandatanganan perjanjian fasilitas kredit sindikasi sebesar US$ 90 juta, yang diperoleh dari lima bank dan lembaga keuangan.

Hingga semester I-2022, pengembang dan pengelola kawasan industri MM2100 di Bekasi ini telah meraih 9 hektare marketing sales. BEST optimistis bisa mencapai target 20 hektare di tahun 2022.

Emiten lain yang sedang menggarap dan mengembangkan kawasan industri adalah PT PP (Persero) Tbk (PTPP) di Kawasan Industri Terpadu Batang, serta PT Intiland Development Tbk (DILD) yang sedang memperkuat lini usaha kawasan industrinya di Batang Industrial Park (BIP).

Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael membeberkan bahwa pertumbuhan di sektor logistik e-commerce dan consumers goods masih menyangga kinerja kawasan industri. Begitu juga permintaan lahan dari data center yang masih menjadi primadona.

Ke depannya, pasar potensial yang menopang kawasan industri berasal dari kebutuhan pabrik komponen kendaraan listrik, battery swap station, industri battery recycling, serta R&D dan training.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengamini hal tersebut. Jono menambahkan, kawasan industri punya prospek positif lantaran sejalan dengan misi pemerintah untuk terus menarik investor, terutama investor asing untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia.

"Untuk kawasan industri sendiri cenderung lebih kuat dari properti pada umumnya, karena pemerintah tentunya akan lebih memberikan kemudahan menarik para investor terutama asing," kata Jono saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/7).

Baca Juga: Tiga Calon Logistik dan Pelayaran akan IPO, Cermati Prospek dan Rekomendasinya

Sementara itu, Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memandang bahwa tantangan di sektor properti seperti kenaikan harga bahan baku serta potensi kenaikan suku bunga pada Q3 atau Q4 nanti juga akan turut mengimpit kawasan industri. Namun, sentimen positif untuk sektor ini masih lebih dominan.

Sehingga, imbas terhadap pergerakan harga sahamnya relatif lebih terjaga.

"Melihat dari tren harga saham yang rata-rata sudah berada di awal tren naik, maka diperkirakan tantangan ke depan bisa berdampak terhadap koreksi harga saham, namun secara terbatas," kata Ivan.

Sedangkan catatan Jono, pembatasan mobilitas dari luar negeri akibat faktor eksternal termasuk covid-19 dapat menghambat para investor untuk melakukan survei. Jika terjadi, kondisi ini bisa menahan laju permintaan kawasan industri.

"Juga potensi perlambatan ekonomi global yang dapat membuat investor menahan ekspansinya terlebih dulu," imbuh Jono.

Senada, Benyamin punya analisa serupa. Contohnya saja pelemahan yen yang bisa berpengaruh terhadap jumlah investasi Jepang secara global.  Beruntung, katalis positif masih kuat menyokong bisnis kawasan industri di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pertumbuhan kelas menengah, serta dukungan dari kebijakan pemerintah seperti Omnibus Law diyakini bisa memuluskan laju kawasan industri.

Baca Juga: Harga Sejumlah Saham Ini Beterbangan, Simak Rekomendasi dari Analis

"Kondisi Indonesia yang relatif resilient di tengah krisis energi dan pangan dunia. Tingkat kunjungan oleh calon buyer juga lebih banyak dari tahun lalu, maka kami optimis perusahaan industrial estate dapat mencapai targetnya," ujar Benyamin.

Dia pun memberikan rekomendasi buy untuk saham BEST dengan target harga di Rp 190. Saham lain yang bisa dibeli adalah PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dengan target harga pada Rp 680.

Sementara itu, Jono menjagokan saham DMAS dengan target harga di area Rp 240. Investor juga bisa mengoleksi saham DILD dengan target harga di Rp 180.

Ivan juga merekomendasikan saham DMAS untuk target terdekat di area Rp 175. Lalu BEST untuk target harga Rp 135 dan SSIA pada area Rp 420.

Sedangkan untuk emiten pergudangan, Ivan melihat PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) bisa dicermati. Pelaku pasar bisa speculative buy memperhatikan area support di Rp 482.

Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menyarankan speculative buy saham MMLP dengan support area di Rp 476 dan resistance pada Rp 560. Target terdekat ada di Rp 600.

Untuk emiten yang sedang mengembangkan kawasan industri, Herditya merekomendasikan saham SSIA dengan target harga terdekat di Rp 390 dan buy PTPP untuk target harga Rp 1.000.

 
KIJA Chart by TradingView
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi