Dipimpin Indomie, Ini 10 Merek FMCG yang Paling Diburu Konsumen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kantar Indonesia, Divisi Worldpanel, baru saja merilis laporan terbaru bertajuk Brand Footprint Indonesia 2024. Ini merupakan riset yang dilakukan untuk melihat merek-merek Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang paling diminati konsumen.

Kali ini, produk mie instan, Indomie kembali mempertahankan posisi teratas dari the Most Chosen FMCG Brand di Indonesia. Posisi berikutnya di peringkat 2 hingga 8 juga diduduki merek yang sama seperti tahun sebelumnya, yaitu: SoKlin, Mie Sedaap, Royco, Roma, Kapal Api, Indofood, dan Nabati.

Yang sedikit mengejutkan, Daia berhasil mendobrak klasemen dan masuk di peringkat 10 teratas dengan nilai CRP lebih dari 800 juta. Ini artinya Daia dipilih oleh konsumen sebanyak 800 juta kali di sepanjang tahun 2023.


Kalau dilihat dari kategorinya, 7 dari 10 peringkat teratas merupakan merek makanan. Satu-satunya produk minuman di kalangan 10 peringkat teratas adalah produk kopi yaitu Kapal Api, di mana sebanyak 65% rumah tangga Indonesia mengkonsumsi kopi setidaknya 20 kali dalam setahun.

"Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia lebih memilih kopi dibandingkan produk minuman lainnya seperti teh atau sirup," ungkap Venu Madhav, Managing Director of Kantar Indonesia Worldpanel Division dalam keterangan tertulisnya, Minggu (30/6).

Baca Juga: Indofood (INDF) dan Indofood CBP (ICBP) Menebar Dividen, Segini Prediksi Yieldnya

Menurutnya laporan ini mencakup lebih dari 550 merek di 5 sektor FMCG, yaitu Makanan, Minuman, Produk Susu, Perawatan Rumah, dan Perawatan Tubuh. Brand Footprint Indonesia tahun ini mencakup 97% rumah tangga di berbagai kota besar dan kecil di seluruh wilayah urban dan rural Indonesia, dari keseluruhan populasi rumah tangga sebanyak 70 juta.

Sejauh ini produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) masih menjadi prioritas dalam perbelanjaan masyarakat Indonesia dari semua kalangan ekonomi dan demografi. Per kuartal I-2024, perbelanjaan rumah tangga masyarakat Indonesia tumbuh 9% dibanding tahun lalu, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan PDB.

Besarnya perbelanjaan ini masih dipengaruhi oleh kenaikan harga dan juga masyarakat yang lebih percaya diri untuk berbelanja lebih banyak setelah arus inflasi di tahun-tahun sebelumnya.

"Hal ini merupakan peluang bagi para pelaku industri FMCG untuk menjadi bagian dari prioritas masyarakat ketika berbelanja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih