Diprediksi Jadi Saham Blue Chip, Apakah Saham BUMI dan BRMS Layak untuk Investasi?



Rekomendasi Saham Blue Chip - JAKARTA. Dua saham emiten grup Bakrie, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan anak usahanya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), diprediksi akan masuk kelompok saham blue chip di jajaran indeks LQ45. Apakah saham BUMI dan BRMS layak untuk investasi.

Sejumlah riset dari beberapa sekuritas memasukkan nama BUMI dan BRMS sebagai kandidat kuat penghuni indeks paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini. Hal ini memungkinkan saham BUMI dan BRMS menjadi anggota baru saham blue chip di indeks LQ45.

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.


Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga.

Selain itu, saham blue chip juga memiliki likuiditas yang bagus. Biasanya likuiditas ini dipengaruhi oleh jumlah saham yang dimiliki publik atau beredar di bursa. Makin banyak kepemilikan saham publik, maka makin likuid pula saham tersebut.

Saham yang masuk ke dalam kategori blue chip biasanya juga telah sudah cukup lama lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jangka waktu minimal lima tahun.

Baca Juga: Sejumlah Saham Lapis Kedua Terbang Tinggi, Simak Saran Analis Berikut Ini

Oleh karena itu, saham blue chip cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar. Anda tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham blue chip.

Pasalnya, perusahaan yang sahamnya tergolong blue chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.

Saham jenis blue chip sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.

Bukan berarti saham blue chip tidak akan mengalami penurunan. Namun saham-saham blue chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menilai, kembalinya BUMI ke jajaran penghuni Indeks LQ45 akan menjadi bukti transformasi BUMI menjadi perusahaan yang bebas utang sejak Oktober 2022. Kondisi ini memudahkan BUMI melakukan sebagian pendanaan untuk melakukan hilirisasi batubara dan diversifikasi ke bisnis non-batubara

Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai, aspek likuiditas  menjadi faktor utama masuknya suatu saham ke jajaran indeks LQ45, bukan aspek fundamental. Itulah sebabnya, emiten yang masih merugi seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) bisa masuk ke indeks ini.

“Banyak yang menganggap saham-saham LQ45 adalah saham-saham yang bagus, itu keliru,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (23/7).

Dalam hal ini, potensi BUMI dan BRMS masuk ke indeks LQ45 juga disebabkan oleh likuiditas kedua saham ini yang cukup tinggi. Teguh mengamati, saham BUMI dan BRMS diperdagangkan cukup ramai di tengah penurunan volume perdagangan bursa akhir-akhir ini.

Baca Juga: Ini Deretan Emiten yang Diramal Masuk dan Keluar Indeks LQ45, Ada BUMI Hingga GGRM

”Jadi kalau memang mereka masuk (ke Indeks LQ45) sebenarnya wajar, tetapi tetap bukan berarti perusahaan yang bagus,” kata dia.

Menurut Teguh, ramainya perdagangan saham BUMI dan BRMS disebabkan oleh harga nominal saham ini yang sudah cukup rendah. Saat ini saham BUMI berada di harga Rp 142 per saham dan saham BRMS di level Rp 183. Hal ini menjadikan banyak pelaku saham senang memperdagangkan saham BUMI.

“Karena, untuk memiliki saham ini dalam jumlah banyak, investor tidak perlu merogoh kocek yang dalam,“ sambung dia.

Secara kinerja, Teguh melihat kedua emiten ini akan mengalami penurunan, seiring dengan melandainya harga komoditas batubara hingga logam mineral.  Terlepas dari hal itu, masuknya saham BUMI dan BRMS ke dalam  jajaran LQ45 dinilai Teguh bisa menjadi katalis positif jangka pendek bagi kedua saham ini.

Sebab, ada sejumlah perusahaan aset manajemen yang hanya membatasi portofolio investasinya hanya pada saham-saham LQ45. Artinya, jika kedua saham ini masuk ke dalam indeks LQ45, ada potensi pembelian saham BUMI dan BRMS oleh manajer investasi.

 
BUMI Chart by TradingView

Secara fundamental, Teguh tidak merekomendasikan saham BUMI dan BRMS. Namun, bila investor meyakini peluang BUMI dan BRMS untuk masuk ke LQ45 cukup besar, investor bisa melakukan pembelian kedua saham ini mulai sekarang untuk memanfaatkan momentum jangka pendek.

Sebab, pelaku pasar akan kehilangan momentum jika baru membeli ketika pengumuman hasil evaluasi mayor. “Kalau misalnya diumumkan dan ternyata BUMI dan BRMS tidak masuk, sahamnya bisa turun lagi. Jadi ada peluangnya dan ada risikonya juga," tutup dia.

Itulah rekomendasi saham BUMI dan BRSM yang diprediksi masuk kelompok saham blue chip di Indeks LQ45. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto