KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) melemah 0,92% ke level 6.228,84 pada perdagangan Jumat (1/10). Adapun dalam sepekan, IHSG bergerak menguat 1,37%. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, ada sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG dalam pekan depan atau pekan pertama Oktober 2021. Pertama, terkait kekhawatiran
deadlock kenaikan
debt ceiling (plafon utang) di parlemen Amerika Serikat (AS). Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, menyatakan bahwa pemerintah AS akan kehabisan dana pada 18 Oktober mendatang bila parlemen AS tidak kunjung menyetujui kenaikan pagu utang.
Pelaku pasar khawatir kondisi Pemerintah AS yang terancam mengalami
government shutdown pemerintah federal dan gagal bayar hutang (
default). Hans menuturkan,
deadlock debt ceiling pemerintah Amerika Serikat telah mendorong lembaga pemeringkat Fitch untuk memperingatkan bahwa hal ini mendorong risiko perubahan peringkat kredit 'AAA' Amerika Serikat.
Baca Juga: Minim sentimen, IHSG diprediksi lanjut melemah pada Senin (4/10) Pasar tidak percaya
rating utang AS akan diturunkan atau kesepakatan plafon utang tidak akan tercapai, tetapi hal ini menambah ketidakpastian yang selalu menjadi masalah bagi pasar. Masih dari global, Hans menambahkan, pelaku pasar juga khawatir The Federal Reserve akan mulai menarik dukungan pelonggaran kebijakan moneter tepat saat pertumbuhan ekonomi global melambat. “Kemudian, pelaku pasar masih akan berhati-hati karena risiko gagal bayar Evergrande pengembang property terbesar kedua di China. Gagal bayar utangnya sebesar US$ 305 miliar membayangi pasar keuangan dalam beberapa pekan terakhir,” kata Hans dalam risetnya, Minggu (3/10). Awalnya, pelaku pasar khawatir akibat besarnya utang Evergrande dapat memicu efek domino yang bisa mengguncang sistem keuangan China dan bahkan mungkin dunia. Dengan berlalunya tenggat waktu pembayaran bunga membuat pelaku pasar melihat dampaknya sejauh ini terbatas. Ketakutan penularan gagal bayar tersebut telah surut atau menurun. Dari dalam negeri, data Ekonomi Indonesia cukup baik akan turut mewarnai pergerakan IHSG. PMI Manufaktur Indonesia pada September 2021 sudah kembali di angka 52,2 atau zona ekspansi setelah terkontraksi pada Agustus 2021 di level 43,2.
Baca Juga: IHSG diramal masih akan positif sampai awal tahun depan Menurut Hans, hal ini menunjukkan sudah ada ekspansi di sektor industri manufaktur. Di sisi lain Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada periode September 2021 terjadi deflasi 0,04%. Tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,80% dan untuk inflasi tahunan sebesar 1,60%.
Secara umum penyebab terjadinya deflasi pada September 2021 menurut kelompok pengeluaran adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,47% dengan andilnya mencapai 0,12%. Deflasi lebih di sebabkan kelas menegah atas tidak agresif dalam melakukan konsumsi dan cenderung tidak ke pusat perbelanjaan akibat pandemi covid-19 varian delta. Secara keseluruhan, Hans menilai pembahasan plafon utang pemerintah Amerika Serikat akan jadi salah satu sentimen utama di pasar pekan depan. Selain itu petunjuk tentang arah kebijakan dari pejabat The Fed serta kenaikan
yield obligasi pemerintah Amerika Serikat akan mempengaruhi pergerakan pasar. Pelaku pasar juga mencermati kenaikan harga komoditas energi dunia akibat permintaan yang naik serta kenaikan inflasi akibat gangguan pasokan. Hans memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan
support di level 6.174 sampai 6.086 dan
resistance di level 6.286 sampai 6.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi