Diramal membaik, ekonomi Indonesia bisa minus lagi di kuartal keempat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penanganan pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang belum teratasi akan menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal keempat. Bahkan, ekonomi Indonesia diramal masih kontraksi pada kuartal keempat.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan di kuartal IV-2020 pertumbuhan ekonomi akan diakselerasi mendekati level 0%. Dus, kemungkinan besar masih berada di zona negatif.

Meski begitu, Menkeu bilang di kuartal IV-2020 adalah periode pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak kuartal III-2020 lalu, setelah mendapat pukulan berat di kuartal II-2020. Hal ini didukung dengan membaiknya beberapa indikator ekonomi pada Juli-September lalu. “Di kuartal III-2020 sudah mulai membaik daripada kuartal sebelumnya, menunjukkan proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah aktivitas ekonomi nasional ke arah zona positif,” ujar Menkeu, Kamis (5/11).


Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2020 sebesar 2,97%, kuartal kedua minus 5,32% year on year (yoy), dan ketiga minus 3,49% yoy. Sementara, outlook pemerintah ekonomi di sepanjang 2020 diharapkan bisa mencapai minus 1,7% hingga minus 0,6%.

Baca Juga: Ini katalis IHSG dari terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS

Pemerintah harus menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal keempat sebesar 4,14% yoy agar setidaknya sampai di batas bawah prediksi pemerintah. Namun, sepertinya proyeksi pemerintah akan meleset.

Agar di kuartal IV-2020, ekonomi bisa lebih baik daripada kuartal III-2020, Menkeu mengatakan akan mendorong belanja negara baik untuk kesehatan, perlindungan sosial, ekonomi dan keuangan. Selain itu, Menkeu mengimbau kepada pemerintah daerah agar segera membelanjakan dana idle guna mengangkat konsumsi rumah tangga.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan meskipun tren aktivitas perekonomian akan terus membaik, pertumbuhan ekonomi kuartal keempat diperkirakan masih akan negatif, yakni di kisaran -2% hingga -1%. “Cukup berat untuk mendorong pertumbuhan positif mempertimbangkan beberapa faktor khusus terutama masih lemahnya konsumsi rumah tangga serta investasi,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (8/11). 

Meskipun penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi (PEN) meningkat pada kuartal III-2020 dibandingkan kuartal sebelumnya, aktivitas perekonomian baik dari sisi konsumsi dan produksi cenderung belum pulih signifikan.  “Apalagi di tengah situasi pandemi yang masih mempengaruhi keputusan konsumen khususnya masyarakat berpendapatan tinggi yang masih menahan belanja,” kata dia. 

Baca Juga: BI prediksi inflasi bulanan 0,18% pada November 2020

Josua melihat, sebagian besar komponen konsumsi termasuk konsumsi kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan masih terkontraksi. Bahkan konsumsi kebutuhan tersier seperti restoran, hotel, transportasi dan komunikasi juga masih mencatatkan kontraksi yang cukup dalam. 

Josua mengatakan pemerintah perlu secara konsisten meningkatkan produktivitas dari belanja APBN dan APBD serta percepatan penyerapan anggaran PEN secara khususnya stimulus untuk sisi permintaan khususnya anggaran perlindungan sosial di bulan-bulan terakhir 2020. “Ini akan memberikan bantalan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah sedemikian sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari Covid-19 pada daya beli masyarakat,” ujar Josua.

Dia menambahkan pemerintah juga perlu bekerja keras lagi dalam aspek pengendalian Covid-19 dari sisi kesehatan dengan mengurangi penyebaran, menurunkan tingkat kematian, hingga penyediaan vaksinasi . Diharapkan dengan upaya tersebut, kepercayaan masyarakat meningkat, potensi kegiatan juga akan cenderung meningkat, sehingga konsumsi akan pulih lebih signifikan lagi. “Dengan peningkatan sisi permintaan tersebut, maka capacity utilization dari sisi produksi juga meningkat yang pada akhirnya dapat menggerakkan investasi,” ujar Josua. 

Baca Juga: Ini bahan pangan yang mengalami kenaikan harga di awal November 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati