JAKARTA. Dirjen Migas Evita Legowo membantah keras asumsi lifting yang disampaikan BP Migas. Menurut Evita, angka 917.000 Barel of Per Day (BOPD) yang dikatakan Kepala BP Migas R Priyono sebagai angka optimistis yang bisa dicapai, tidak pernah muncul sebelumnya. Evita bilang, dasar data yang dimiliki Kementerian ESDM dan BP Migas adalah sama, yaitu berdasarkan kapasitas produksi tiap KKKS. “Semuanya sepakat bahwa lifting bisa mencapai angka 965.000 BOPD,” ujar Evita usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin malam (19/4). Menurut Dirjen Migas, rata-rata produksi minyak selama Januari Hingga April ada pada kisaran 955.000 BOPD. Artinya, kalau melihat tren ini, asumsi lifting yang dimuat dalam RAPBNP 2010 sebesar 965.000 BOPD bisa tercapai. “Kalaupun targetnya meleset nggak akan sedrastis yang disampaikan BP Migas. Paling cuma 950.000 BOPD,” ujarnya. Beberapa jam sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Kepala BP Migas R Priyono menyatakan pihaknya optimistis lifting minyak hanya akan tercapai sebanyak 917 ribu BOPD. Sebab secara teknis, angka itulah yang paling realistis bisa dicapai dengan kondisi lapangan minyak yang 90% sudah tua. “Angka 965.000 barel itu angka pesimistis, bisa diperoleh tapi effort-nya luar biasa dan kemungkinan bisa tercapai kecil,” ujar Priyono. Berdasarkan perhitungan Pakar Migas Pri Agung Rakhmanto, dengan asumsi harga minyak US$ 80 per barel, penurunan lifting ini akan menimbulkan kehilangan pendapatan negara sebesar Rp 12,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dirjen ESDM Bantah Asumsi Lifting BP Migas 917.000 BOPD
JAKARTA. Dirjen Migas Evita Legowo membantah keras asumsi lifting yang disampaikan BP Migas. Menurut Evita, angka 917.000 Barel of Per Day (BOPD) yang dikatakan Kepala BP Migas R Priyono sebagai angka optimistis yang bisa dicapai, tidak pernah muncul sebelumnya. Evita bilang, dasar data yang dimiliki Kementerian ESDM dan BP Migas adalah sama, yaitu berdasarkan kapasitas produksi tiap KKKS. “Semuanya sepakat bahwa lifting bisa mencapai angka 965.000 BOPD,” ujar Evita usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin malam (19/4). Menurut Dirjen Migas, rata-rata produksi minyak selama Januari Hingga April ada pada kisaran 955.000 BOPD. Artinya, kalau melihat tren ini, asumsi lifting yang dimuat dalam RAPBNP 2010 sebesar 965.000 BOPD bisa tercapai. “Kalaupun targetnya meleset nggak akan sedrastis yang disampaikan BP Migas. Paling cuma 950.000 BOPD,” ujarnya. Beberapa jam sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Kepala BP Migas R Priyono menyatakan pihaknya optimistis lifting minyak hanya akan tercapai sebanyak 917 ribu BOPD. Sebab secara teknis, angka itulah yang paling realistis bisa dicapai dengan kondisi lapangan minyak yang 90% sudah tua. “Angka 965.000 barel itu angka pesimistis, bisa diperoleh tapi effort-nya luar biasa dan kemungkinan bisa tercapai kecil,” ujar Priyono. Berdasarkan perhitungan Pakar Migas Pri Agung Rakhmanto, dengan asumsi harga minyak US$ 80 per barel, penurunan lifting ini akan menimbulkan kehilangan pendapatan negara sebesar Rp 12,5 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News