Dirut BEI: Market masih dalam ketidakpastian



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan, pasar modal masih dilingkupi ketidakpastian. Hal itu menyusul koreksi pasar yang terjadi belakangan ini.

Pada perdagangan Kamis (15/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,95% di level 6.321,90. Dana investor asing yang keluar dari pasar saham sebesar Rp 15,81 triliun sejak awal tahun (ytd).

Tito menyatakan, rupiah yang melemah terhadap dollar AS mempengaruhi keputusan pelaku pasar dalam berinvestasi. Hanya saja, penguatan dollar AS tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga pada beberapa negara lain. “Belum lagi ada pernyataan Trump,” kata Tito di BEI, Kamis (15/3).


Pernyataan yang dimaksud antara lain terkait dengan kebijakan ekonomi proteksionis oleh Amerika Serikat. Seperti pengenaan tarif impor produk baja dan aluminium. China menjadi salah satu negara yang terkena imbas negatif akibat kebijakan tersebut. “Market dalam kondisi uncertainty (tidak tentu),” ujarnya.

Selain faktor global, ketidakpastian juga datang dari dalam negeri. Di antaranya kebijakan harga batubara domestik atau domestic market obligation (DMO). Hal itu berimbas pada perusahaan yang menyuplai batubara kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Satu lagi tentang likuiditas uang di masyarakat,” kata Tito.

Untungnya, ketidakpastian yang muncul tersebut masih bisa ditopang oleh beberapa faktor. Diantaranya kinerja emiten yang masih terbilang baik, dan adanya produk-produk regulasi yang pro pasar. “Misalnya kebijakan untuk perusahaan efek daerah, aturan T+3 menjadi T+2,” papar Tito.

Selain itu, BEI melihat dalam dua tahun terakhir minat orang untuk berinvestasi juga mulai tumbuh. Hal tersebut turut membangkitkan investor lokal untuk masuk dalam pasar modal. Menurutnya, investor lokal masih terus naik. “Frekuensi transaksi dan keaktifan perdagangan tidak turun,” imbuhnya.

Per 5 Maret 2018, BEI sudah memiliki 29 kantor representatif, enam go public information center, 346 galeri investasi, dan 390 komunitas investor dan kelompok belajar pasar modal. “Dalam dua tahun, orang semangat investasi karena banyak galeri investasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini