KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (
GIAA) menuturkan hingga kini rencana penggabungan atau
merger maskapai Citilink dan Pelita Air masih dalam penjajakan. Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra secara singkat menjawab proses penjajakan merger masih terus dilakukan. "Proses merger Pelita Air dengan Citilink masih dalam penjajakan terus menerus. Belum ada konklusi," ujarnya singkat kepada Kontan.co.id, Senin (6/11).
Sebagai informasi, rencana merger dua perusahaan maskapai penerbangan ini diisukan batal.
Baca Juga: Makin Percaya Diri, Garuda Indonesia (GIAA) Targetkan Raup Laba US$ 399 di 2023 Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, rencana penggabungan atau merger maskapai Citilink dan Pelita Air akan dilakukan setelah keuangan GIAA dalam kondisi sehat. Kartika menuturkan, saat ini ada dua opsi untuk penggabungan maskapai BUMN, yakni lisensi penerbangan reguler Pelita Air dialihkan ke Citilink yang merupakan anak usaha Garuda Indonesia, atau ketiga maskapai BUMN itu langsung masuk ke Holding BUMN Injourney. "Ini tergantung dari kemampuan Garuda untuk restrukturisasi, kita akan review (tinjau) sampai akhir tahun apakah Garuda sudah sehat akhir tahun ini," ujar Kartika.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan keuangan GIAA periode kuartal III 2023, Perseroan mencatat peningkatan pendapatan namun menelan rugi bersih. GIAA meraih pendapatan usaha senilai US$2,23 miliar atau setara Rp35,62 triliun (estimasi kurs Rp15.951), atau naik 48,32% dibandingkan dengan capaian tahun lalu. Pendapatan usaha perseroan dihasilkan dari penerbangan berjadwal yang meningkat 49,02% year-on-year (YoY) menjadi US$1,72 miliar, penerbangan tidak berjadwal meraih cuan US$274,25 juta, dan lainnya mencapai US$234,91 juta. Walaupun pendapatan melesat, GIAA membukukan kenaikan beban usaha mencapai US$1,99 miliar atau naik 7,14% YoY.
Baca Juga: Tiga Maskapai BUMN Dilebur, Bagaimana Posisi Garuda (GIAA)? Kenaikan beban tersebut dikontribusikan oleh beban operasional penerbangan yang naik dari US$1,08 miliar pada kuartal III 2023, menjadi US$1,13 miliar tahun ini. Beban tiket dan promosi juga naik 47,90% YoY menjadi US$149,75 juta. Setelah diakumulasikan dengan berbagai pendapatan dan beban lainnya, GIAA menelan rugi bersih sebesar US$72,38 juta atau sekitar Rp1,15 triliun pada kuartal III 2023. Berbalik dari laba yang diraih Januari – September 2022 yakni US$3,7 miliar. GIAA membukukan total aset sebesar US$6,15 miliar atau melemah 1,27%
year-to-date (YtD), sementara liabilitas turun 0,05% (YtD) menjadi US$7,76 miliar, dan ekuitas mencapai US$1,61 miliar atau tumbuh 4,92% (YtD). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto