Dirut PLN Singgung Tantangan Pendanaan Pensiun Dini PLTU



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pendanaan dinilai menjadi tantangan terbesar dalam mendorong transisi energi khususnya pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, untuk mengatasi tantangan ini, PLN telah menjalin kolaborasi dengan Asian Develoment Bank (ADB) dan merancang mekanisme pendanaan yang disebut Energy Transition Mechanism (ETM). 

"Mekanismenya sangat sederhana. Dengan perpaduan pembiayaan ramah lingkungan, kami dapat memperoleh dana berbiaya rendah. Dengan ini kami bisa mengakuisisi pengembang proyek lama dan biayanya lebih rendah daripada kami dapat mempercepat pengembaliannya," kata Darmawan dalam siaran pers, dikutip Sabtu (9/12).


Baca Juga: Pemerintah dan ADB Sepakati Komitmen Percepatan Pensiun Dini PLTU di Indonesia

Dalam Gelaran COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UAE), Darmawan menjelaskan sejumlah strategi perusahaan setrum pelat merah untuk dekarboniasi sektor kelistrikan.

Darmawan memaparkan, emisi sektor ketenagalistrikan di Indonesia saat ini sekitar 260 juta metrik ton. Jika dibiarkan, maka jumlah tersebut akan meningkat menjadi 1 miliar metrik ton pada tahun 2060.

Menurutnya, PLN mengambil langkah agresif dengan mendesain ulang Rencana Usaha Pengadaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional dan menghapus rencana penambahan 13 Gigawatt (GW) pembangkit berbasis batu bara. Langkah ini mampu menghindarkan emisi hingga 1,8 miliar metrik ton CO2.

Baca Juga: Pensiun Dini PLTU Pelabuhan Ratu Masuk Dalam Daftar Prioritas Skema Pendanaan JETP

Selain melalui ETM, PLN juga mengembangkan Accelerated Renewable Energy Development (ARED) untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Skema ARED secara agresif akan menambah kapasitas pembangkit PLN 75% dari energi terbarukan dan 25% dari gas.

ARED jug diproyeksikan mampu mengatasi tantangan mismatch antara sumber daya energi terbarukan berskala besar dengan pusat permintaan dengan membangun green enabling transmission line.

Sedangkan tantangan intermittensi listrik berbasis energi baru terbarukan akan diatasi melalui pembangunan Smart Grid dan flexible generation hingga smart meter.

Baca Juga: Realisasi Investasi Energi Terbarukan Masih Seret

"Dengan adanya acara seperti COP28 ini, memberikan kami kebanggaan dan keyakinan. Komunitas global yang tadinya terpecah-pecah kini bersatu. Jadi, kami punya keyakinan kuat bahwa kita akan mampu untuk terus bergerak maju, apapun tantangannya misi ini dapat diwujudkan," tutup Darmawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto