KONTAN.CO.ID - BEIJING. Nilai tukar yuan terus mencatatkan pelemahan melawan dollar Amerika Serikat (AS). Terkait hal ini, pemerintah China mengambil langkah untuk memperlambat laju pelemahan yuan. Hari ini, People's Bank of China mematok nilai tukar harian yuan lebih kuat ketimbang prediksi sejumlah analis. Bank sentral China ini juga mengumumkan akan menjual obligasi berbasis yuan di Hong Kong. Langkah ini diambil selang beberapa jam setelah AS menuding China sebagai manipulator mata uang. Baca Juga: Yuan melemah drastis, ini tanggapan Bank Indonesia (BI)
Dalam pernyataan resminya, PBOC mengatakan, bank sentral China akan menjual obligasi senilai 30 miliar yuan (US$ 4,2 miliar) di Hong Kong pada 14 Agustus mendatang. Langkah ini akan menguras likuiditas di luar negeri, sehingga membuat yuan menjadi lebih mahal. Langkah intervensi tersebut dilakukan setelah Yi Gang, gubernur PBOC, menegaskan bahwa yuan akan tetap menjadi mata uang yang kuat di tengah fluktuasi yang terjadi. "China tidak akan menggunakan mata uangnya sebagai alat dalam pertikaiannya dengan AS," kata Yi Gang. Nilai tukar yuan yang dipatok pada Senin (5/8) kemarin berhasil mengantarkan yuan menembus level psikologis 7 untuk kali pertama dalam satu dekade terakhir. Kondisi ini memicu gelombang aksi jual yang terjadi di seluruh pasar global, mulai dari Asia hingga Amerika. Baca Juga: Pagi ini, kurs yuan terhadap rupiah melemah 0,4% Anjloknya nilai tukar yuan -ke posisi terburuk sejak 2015- mengingatkan kembali memori soal hengkangnya dana asing pada tahun itu yang pada akhirnya mendorong China untuk menggunakan cadangan devisanya sebanyak US$ 500 miliar. Nah, berita mengenai tudingan Trump soal manipulasi mata uang semakin menekan pemerintah China.