Disentil Jokowi Soal Tingginya NIM Perbankan, Begini Respons OJK



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di Tanah Air masih paling tinggi di kawasan ASEAN. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, NIM perbankan dalam negeri mencapai 4,71% pada Desember 2022, naik dari 4,51% pada Desember 2021. 

Tingginya NIM ini tidak hanya mendapat sorotan dari Komisi XI DPR, tetapi juga menarik perhatian Presiden Joko Widodo.

"Sebelum masuk ke sini saya tanya Ketua OJK NIM-nya berapa? di jawab Pak Ketua OJK 4,4%, tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," kata Jokowi Pertemuan Industri Jasa Keuangan, Senin (6/2)


NIM merupakan rasio yang dipakai untuk mengukur tingkat profitabilitas. Rasio ini secara garis besar merupakan perbandingan antara pendapatan bunga yang diterima bank dan bunga yang dibayarkan kepada pemilik dana yang dihimpun bank. 

Baca Juga: OJK Sebut Merger 2 Bank Akan Rampung Juni 2023

Sebelumnya, Jokowi juga menyentil dengan nada bercanda terkait tingginya laba bank BUMN pada tahun 2022. Bank Mandiri melaporkan meraup laba bersih Rp 41 triliun tahun 2021. 

"Kadang-kadang saya mikir, ini tumbuhnya tinggi banget. Jangan-jangan bunganya ketinggian," ujarnya saat menghadiri Mandiri Investment Forum, Rabu (1/2).

Di Indonesia, NIM tinggi tidak hanya diraup bank yang fokus ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bank yang mayoritas bisnisnya di segmen korporasi mencatat hal serupa. Tapi paling top adalah NIM bank digital.

Bank Jago menjadi jawara NIM. Hngga kuartal III 2022 mencapai 8,77%. Bank berkode saham ARTO itu mengalahkan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Di kuartal III 2022 NIM BRI mencapai 8,21%.  Sebagai perbandingan, di ASEAN. NIM tertinggi di bank asal Thailand, Kasikornbank, yakni  3,4%.

Tingginya NIM perbankan Indonesia  mendorong perolehan laba bersih cukup tinggi sepanjang tahun 2022. Bank Mandiri misalnya meraup laba Rp 41,2 triliun, Bank Central Asia (BCA) Rp 40 triliun, dan BNI senilai Rp 18,3 triliun. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengaku mengerti mengapa NIM mendapat perhatian dari presiden dan diperdebatkan di Komisi XI DPR. Menurutnya, apa yang disampaikan itu memiliki tujuan agar jangan sampai suku bunga (kredit) yang tinggi menghambat bisnis di Indonesia dan tidak memperhatikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Untuk menjawab sentilan itu, OJK akan meneliti lebih lanjut untuk melihat berapa margin yang ideal yang harus didapatkan perbankan. 

"Kita harus melakukan analisis mendalam mengenai itu. Karena apa yang ditulis dalam UU P2SK memaksa perbankan untuk menyampaikan komponen apa yang dipakai dalam menetapkan tingkat suku bunga," kata Dian dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Keuangan 2023, Senin (6/2).

Baca Juga: Bunga BI Naik, Transaksi di PUAB Diperkirakan Semarak Tahun Ini

Ia mengatakan, banyak komponen yang harus dilihat terkait penetapan suku bunga, mulai dari efisiensi perbankan, high cost economy, beban regulasi, dan lain-lain. Itu yang akan diteliti OJK lebih lanjut untuk melihat margin bank yang ideal.

Sementara berdasarkan keterangan perbankan ke OJK, lanjut Dian, perbankan belum bereaksi terhadap kenaikan bunga acuan yang Bank Indonesia (BI) akhir-akhir ini. 

"Apa yang menjadi konsen presiden telah kita tangkap. Ini akan kita perdalam ke depan. Untuk menjadikan sistem perbankan berfungsi dengan baik, kita harus membaca keseimbangan antara kebutuhan bank dan nasabahnya," pungkas Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi