Diserbu pedagang buah eceran (2)



Sentra buah grosiran di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Banten, selalu ramai dikunjungi pembeli. Kebanyakan pembeli adalah pedagang buah eceran. "Sertiap hari setiap ada yang membeli berkotak-kotak buah untuk dijual kembali secara eceran," kata Tony Sukma, salah seorang pedagang buah di Pasar Induk Tanah Tinggi.

Mayoritas pembeli ini berasal dari kawasan sekitar Tangerang, seperti Cengkareng, Ciledug, dan Cikupa. Selain pedagang buah eceran, konsumen pasar buah ini juga banyak pengusaha katering pernikahan dan lain sebagainya.

Jenis buah yang dijual di pasar ini memang tergolong lengkap. Selain buah lokal, juga banyak dijual buah impor. Untuk jenis buah impor yang paling banyak dicari adalah kelengkeng dan anggur. Sementara buah lokal yang paling laris terdiri dari jeruk, salak, dan pisang.


Dari total 14 toko buah di pasar induk ini, yang fokus menjual buah lokal hanya ada dua toko saja. Selebihnya menjual buah impor dari berbagai negara. Tony sendiri lebih banyak menjual buah-buahan impor. Ia mengambil langsung buah tersebut dari para importir buah di Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok, Jakarta.

Buah impor itu diatangkan dari berbagai negara. Untuk buah lengkeng dan pir, mislanya, diimpor dari Thailand. Sementara buah apel dan anggur kebanyakan didatangkan dari China juga Amerika.

Syarif Hidayat, pedagang lainnya juga fokus berjualan buah impor. Sebut saja seperti apel, pir, kelengkeng dan anggur. Buah-buahan ini juga ditangkan dari China, Thailand, dan Amerika.

Sementara pedagang lain seperti Uwat Sudarman memilih berjualan buah lokal di tokonya yang bernama Toko Podomoro. Biasanya ia mendapat pasokan buah dari para petani di daerah-daerah yang sudah bekerjasama dengannya.

Contohnya, buah mangga yang dipasok dari daerah Indramayu, Jawa Barat. Lalu ada buah salak yang didapat  dari petani di Jawa Tengah, pisang dari Lampung, dan  buah jeruk dari Medan serta Pontianak.

Menurut Uwat, hambatan utama berjualan buah lokal adalah kendala distribusi yang sering terganggu. "Harga buah lokal juga sering jatuh kalau buah import sedang over stok dan obral harga," katanya.

Namun bukan pedagang buah lokal saja yang ketrap menemukan kendala. Pedagang buah impor seperti Tony dan Syarif juga kerap menemukan hambatan. "Yang paling sering itu kelangkaan barang di importir," ujar Syarif.

Bila itu terjadi, penjualan di tokonya pasti turun karena stok buah kosong. Selain karena stok kosong, penjualan juga turun bila sedang musim sepi. Biasanya penjualan sepi di bulan September dan Oktober.

Lalu akan ramai lagi begitu menjelang perayaan Imlek. Saat itu penjualan bisa naik hingga 40%. "Saat Imlek ada budaya atau kebiasaan berbelanja buah bagi masyarakat Tionghoa," kata Tony. Kebetulan saat Imlek itu kualitas buah impor juga sedang bagus-bagusnya, sehingga menarik minat konsumen.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri