Disney boikot produk kertas dari Indonesia



CALIFORNIA. Perusahaan penerbit asal Amerika Serikat (AS) Walt Disney memboikot memakai kertas dari Indonesia. Hal tersebut dilakukan terkait adanya tudingan perusakan hutan dan pelanggaran HAM yang dilakukan industri kertas di Indonesia.

"Karena mendesaknya masalah deforestasi di Indonesia, Disney meminta semua pemegang lisensi, vendor dan pemasok menghindari penggunaan kertas atau serat dari Indonesia, karena tidak memenuhi standar kayu ramah lingkungan,” ujar pernyataan resmi perusahaan yang dikutip KONTAN di situs International Daily Newswire, Selasa (23/10).

Perlu diketahui, The Walt Disney Company merupakan penerbit buku anak-anak terbesar di dunia. Produknya merambah ke berbagai negara, mulai dari AS, Eropa, China bahkan hingga ke Indonesia. Raksasa hiburan ini memiliki majalah dan buku anak-anak yang memang laris dan digandrungi oleh konsumen.


Diperkirakan, kebijakan Walt Disney akan berdampak kepada 25.000 pabrik di lebih dari 100 negara. "Kebijakan ini contoh bagaimana Disney melakukan bisnis dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, dan menunjukkan komitmen perseroan untuk menciptakan dampak, langgeng positif pada ekosistem dan masyarakat di seluruh dunia," kata Dr Beth Stevens, wakil presiden senior, Disney Corporate Citizenship, Environment and Conservation.

Selain itu, Disney menyatakan, akan memaksimalkan kertas daur ulang dan serat yang bersumber dari kertas ramah lingkungan yang sudah memiliki sertifikat. Untuk hal ini, perusahaan akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok lingkungan.

Kebijakan Disney tersebut, dipastikan berdampak pada kinerja ekspor kertas Indonesia. "Kebijakan ini akan memiliki dampak bagi Indonesia, dimana hutan tropis ditebang untuk pulp dan kertas," kata Rebecca Tarbotton, Direktur Exekutif, Rainforest Action Network.

Tarbotton bilang, Indonesia memiliki salah satu tingkat deforestasi tertinggi di dunia. Akibatnya, Harimau jawa punah dan orangutan yang terancam punah. Selain itu, terjadinya pembakaran hutan telah menimbulkan kabut asap yang menutup lalu lintas udara regional.

Tak hanya itu, Ia menuding banyak penggunaan pestisida dilakukan secara tidak terkendali, termasuk tingginya pencemaran oleh limbah industri. "Indonesia kini negara ketiga penghasil emisi gas rumah kaca ketiga terbesar di Indonesia, setelah Amerika Serikat dan China, dengan sumbangan 85% dari emisi dari degradasi hutan dan lahan gambut," jelas Tarbotton tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri