Disokong Proyek KIT Batang, Berikut Rekomendasi Saham PTPP



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) ikut menggarap proyek Kawasan Industri Batang (KIT Batang).  Kawasan industri ini digadang-gadang bakal menjadi kawasan industri yang prospektif.

Terlebih, pemerintah memberi dukungan agar KIT Batang berkembang melalui peraturan khusus untuk penyewa. Analis BRI Danareksa Muhammad Naufal Yunus mengatakan, lahan industri yang berada di bawah hak pengusahaan pemerintah (HPL), pemerintah menawarkan fleksibilitas perpanjangan khusus untuk masa sewa.

Di bawah konsesi ini, biasanya pemilik tanah perlu memperpanjang kepemilikan setiap 30 tahun. Namun untuk hak khusus di KIT Batang, pemegang konsesi dapat memberikan 80 tahun masa sewa kepada penyewa, dengan harga yang kompetitif dibandingkan dengan pasar lahan industri Asia Tenggara.


Di Vietnam dan Thailand menawarkan tanah di US$ 55 per meter persegi dengan masa sewa 50 tahun. Namun di KIT Batang, penyewa bisa hanya membayar US$ 50 per meter persegi dengan masa sewa 80 tahun, terlepas dari sektornya.

Baca Juga: PTPP Pastikan Ikut Serta Tender Proyek Infrastruktur di IKN Nusantara

KIT Batang didirikan pada tahun 2020, menargetkan investasi asing langsung (FDI) dari relokasi pabrik di era perang dagang dan menawarkan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif. PT Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW) adalah pemegang saham pengendali KIT Batang dengan kepemilikan 97,35%, sedangkan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) memiliki 1,72%.

Meski saham PTPP kecil, PTPP tetap memimpin proses pembangunan end to end di kawasan tersebut. KIT Batang dibangun di atas hak pengusahaan tanah milik PT Perkebunan Nusantara 9 (PTPN IX), dengan KIT Batang diberikan hak untuk menyewakan tanah kepada penyewa berdasarkan perjanjian sewa khusus yang dirancang oleh Pemerintah Indonesia.

PTPP menargetkan total kontrak sebesar Rp 10,8 triliun dari pengembangan KIT Batang. "Kontrak saat ini sebesar Rp 3,8 triliun," tulis Naufal dalam riset Jumat (8/7).

KIT Batang mencakup lahan seluas 4.300 hektare (ha) yang terbagi dalam tiga klaster, Kawasan Industri (3.100 ha), kawasan inovasi (800 ha), dan kawasan rekreasi (400 ha).

Untuk kawasan industri, ada dua tahap konstruksi, dengan pembangunan tahap 1 meliputi lahan 450 ha dengan 49% lahan untuk bangunan pabrik hampir selesai.

KIT Batang saat ini sedang membangun infrastruktur utilitas seperti pengelolaan air, listrik, pasokan gas dan perpipaan, serta serat optik. Ini juga akan memulai pembangunan pelabuhan karena letaknya yang dekat dengan Laut Jawa.

KIT Batang berupaya menarik sebagian besar FDI, dan terutama FDI dan DDI yang dapat memenuhi kriteria seperti padat karya, berorientasi ekspor atau substitusi impor, dan berbasis teknologi. Kimia, ICT, dan otomotif adalah sektor kunci untuk KIT Batang. Sebagian besar penyewa saat ini berasal dari Korea Selatan dengan pabrik kaca (KCC Floating Glass) dan baterai EV (LG Chemical). KIT Batang diperkirakan akan beroperasi penuh pada pertengahan tahun 2023.

BRI Danareksa memproyeksikan pendapatan PTPP akan mencapai Rp 19,66 triliun di tahun ini. Sementara EBITDA diperkirakan tumbuh 22% menjadi Rp 3,2 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 528 miliar.

Atas dasar itu, Naufal merekomendasikan buy saham PTPP dengan target harga Rp 1.300 per saham.

Baca Juga: Hadapi Kenaikan Material dan Suku Bunga, Cermati Rekomendasi Saham PTPP

 
PTPP Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat