KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Citra Borneo Utama Tbk (
CBUT) memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampaikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satunya terkait dengan penggunaan dana modal kerja. Melansir keterbukaan informasi, Selasa (14/11), BEI meminta CBUT menjelaskan terkait rincian realisasi dana untuk belanja modal di tahun 2023/ Direktur CBUT Ronny Hertantyo Raharjo mengatakan, realisasi penggunaan dana untuk modal kerja hingga bulan Juni 2023 senilai Rp 144 miliar atau 74% dari rencana penggunaan dana senilai Rp 196 miliar.
Selain itu, realisasi penggunaan dana untuk pembangunan
refinery extension senilai Rp 22 miliar adalah digunakan untuk DP 25% atas proyek pembangunan 1500TPD
physical refining plant dan 1000PTD
dry fractionation plant kepada pihak kontraktor. Realisasi penggunaan dana untuk pembangunan
refinery extension hingga bulan Oktober 2023 mencapai Rp 42,7 miliar, alias 19% dari rencana penggunaan dana. Hal ini disebabkan karena penggunaan dana berdasarkan progres pembangunan. “Kemudian, untuk penggunaan modal kerja sampai dengan periode Oktober 2023 mencapai Rp 196,4 miliar, atau sebesar 100% dari rencana penggunaan dana,” ujarnya dalam keterbukaan informasi.
Baca Juga: Pendapatan Citra Borneo Utama (CBUT) Menurun pada Kuartal I, Ini Penyebabnya Bursa juga bertanya terkait realisasi pinjaman bank jangka pendek periode 31 Desember 2022 dan 30 September 2023 yang pencapaiannya masing-masing sebesar 77% dan 88% dari yang diproyeksikan. Ronny menjelaskan, realisasi pinjaman bank jangka pendek untuk membiayai pembelian bahan baku diperoleh dari putaran piutang CBUT. “Dalam hal ini, perseroan berusaha mengurangi biaya bunga dan fasilitas pinjaman bank jangka pendek,” paparnya. Realisasi utang usaha periode 31 Desember 2022 dan 30 September 2023 yang pencapaiannya 78% dan 26% dari yang diproyeksikan juga ditanya Bursa. Kata Ronny, realisasi utang periode 31 Desember 2022 mencapai 78% itu karena harga aktual komoditi bahan baku
crude palm oil (CPO) lebih rendah sebesar 30% dibandingkan asumsi pada proyeksi sebesar US$ 995 per mt. “Sedangkan, untuk periode 30 September 2023 mencapai 26% dikarenakan harga aktual komoditi bahan baku lebih rendah sebesar 37%, serta realisasi penggunaan dana IPO yang digunakan untuk pembelian bahan baku,” tuturnya.
Baca Juga: Citra Borneo Utama (CBUT) Bidik Peningkatan Pendapatan Hingga 30% Tahun Ini Lalu, realisasi saldo laba pada periode 31 Desember 2022 dan 30 September 2023 mencapai 22% dan 21% dari yang diproyeksikan disebabkan oleh adanya penurunan pendapatan CBUT. Hal itu disebabkan penurunan harga jual komoditi barang jadi dan adanya kebijakan larangan ekspor selama periode 3 bulan di tahun 2022, di mana Perseroan tetap menanggung
fixed cost di dalam periode tersebut. CBUT membukukan pendapatan pada periode 31 Desember 2022 dan 30 September 2023 yang masing-masing pencapaiannya sebesar 53,27% dan 35%, alias tidak mencapai dari yang diproyeksikan. Menurut Ronny, hal itu karena adanya penurunan harga jual komoditi barang jadi sebesar 38% dan adanya kebijakan pemerintah terkati pelarangan ekspor pada periode April-Mei 2022. Untuk pencapaian pada periode September 2023 sebesar 35% disebabkan adanya penurunan harga jual komoditi sebesar 52%. Bursa juga menanyakan terkait belum tercapainya target laba bersih berjalan pada periode 31 Desember 2022 dan 30 September 2023 yang masing-masing sebesar 47,26% dan 20%. Kata Ronny, hal itu masih disebabkan penurunan harga jual komoditi dan pelarangan ekspor pada April-Mei 2022.
Baca Juga: Tahun 2022, Citra Borneo (CBUT) Bukukan Kenaikan Penjualan Menjadi Rp 9,61 Triliun Kemudian, arus kas bersih dari aktivitas pendanaan pada periode 31 Desember 2022 mencapai 32,75% disebabkan karena penerimaan dari penerbitan modal saham melalui IPO lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi. “Sedangkan, untuk periode 30 September 2023 yang -1,82% itu disebabkan penerimaan dari pinjaman bank jangka pendek lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebesar 94%,” paparnya. Ronny memaparkan, arus kas keluar uang muka pembelian aset tetap, kas bersih untuk aktivitas investasi tahun 2022 memang betul Rp 25 miliar. Sebanyak Rp 22 miliar untuk pembangunan
refinery extension. Lalu, terdapat penambahan aset tetap berupa mesin Rp 1 miliar, peralatan kantor Rp 961 juta, dan kendaraan Rp 729 juta. Sampai keterbukaan informasi ini turun, CBUT belum memiliki rencana tindakan korporasi lain dalam periode 12 bulan ke depan. “Tidak terdapat pula informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga efek perusahaan yang belum diungkapkan ke publik,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati