Ditekan AS, Uni Eropa akan putuskan langkah terkait Huawei pada akhir tahun nanti



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Negara-negara anggora Uni Eropa akan menyetujui kebijakan kolektif untuk menghadapi potensi risiko penggunaan peralatan Huawei sebagai sarana spionase pada akhir tahun ini.

Dilansir dari South China Morning Post, Luca Jahier Presiden Komite Ekonomi dan Sosial Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa sangat menyadari kekhawatiran keamanan tentang peralatan buatan raksasa telekomunikasi China ini dan mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap masalah tersebut. 

"Uni Eropa berada di bawah tekanan besar untuk tidak menggunakan peralatan Huawei dalam peluncuran jaringan 5G," katanya.


Baca Juga: Tim sukses Trump melihat perang dagang dengan China jadi kekuatan di 2020

“Banyak operator Eropa sedang dalam proses mengontrak vendor untuk peluncuran jaringan 5G. Namun perdebatan global tentang risiko keamanan yang dituduhkan kepada Huawei telah memaksa operator untuk mempertimbangkan pembatasan pada peralatan telekomunikasi asal China di Eropa,” lanjut dia.

Sebanyak 28 negara anggota UE telah memutuskan tindakannya sendiri dalam berurusan dengan Huawei, tetapi tanggapan kolektif dan terkoordinasi oleh blok tersebut belum disetujui. "Komisi Eropa telah meminta negara-negara Uni Eropa untuk menyelesaikan penilaian risiko ancaman yang ditimbulkan oleh Huawei dan mengirimkan penilaian tersebut pada pertengahan Juli," kata Jahier.

“Uni Eropa akan melakukan penilaian risiko sendiri pada bulan Oktober. Pada akhir tahun ini, sekelompok pakar keamanan siber dunia akan menyetujui langkah-langkah Uni Eropa untuk mengurangi risiko,” tegasnya.

Baca Juga: Hingga Juni, penjualan mobil di China alami penurunan selama 12 bulan berturut-turut

Seperti diketahui, Huawei berada di bawah pengawasan internasional karena diduga menyediakan sarana pengumpulan intelijen untuk pemerintah China. Amerika Serikat mengatakan bahwa perusahaan tersebut menimbulkan ancaman keamanan nasional bagi negara-negara Barat.

"Persaingan yang sehat selalu menjadi perselisihan pahit dalam hubungan ekonomi UE-China. Tapi masih ada ruang untuk perbaikan," lanjut Jahier.

Editor: Tendi Mahadi