Ditekan sentimen virus corona, kinerja Mandiri Manajemen Investasi masih tumbuh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan sentimen persebaran virus corona di pasar keuangan global dan domestik, rupanya tidak berdampak signifikan bagi kinerja PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa mengklaim secara year to date (ytd) perusahaan masih mencatatkan subscription.

Di sisi lain, manager investasi tersebut masih optimistis terhadap prospek bisnis di tahun ini. Hal tersebut didukung dari banyaknya sentimen positif mulai dari tren penurunan suku bunga acuan hingga berbagai kebijakan akomodatif dan fundamental yang dikeluarkan domestik hingga global.

Baca Juga: Ini strategi MI dengan kinerja reksadana pendapatan tetap paling moncer


"Komposisi dana kelolaan (AUM) kami cukup favorable didukung dengan kebijakan moneter global yang masih akomodatif, sehingga aset yang paling diuntungkan adalah reksadana pendapatan tetap sekaligus mayoritas produk kami," jelas Alvin, Kamis (5/3).

Untuk itu, Alvin menilai tekanan yang terjadi di pasar keuangan khususnya penurunan indeks saham tidak terlalu berdampak pada pengumpulan AUM di tahun ini.  Apalagi, dari total AUM yang dimiliki MMI, komposisi aset saham hanya 15% atau sekitar Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun.

"Industri reksadana sendiri komposisinya sekitar 28% dan produk kita memang lebih banyak pendapatan tetap, terproteksi dan juga pasar uang. Sehingga, saat IHSG turun, obligasi naik, pasar uang dan terproteksi tidak stabil, AUM bisa dijaga stabil," jelasnya.

Sebagai informasi, per Februari 2020 MMI membukukan total AUM sebanyak Rp 58,2 triliun atau naik sebanyak Rp 300 miliar year to date (ytd). Jumlah tersebut belum termasuk AUM dari anak perusahaan Singapura yakni Rp 5,5 triliun per Februari 2020, sehingga jika digabung total gabung AUM sudah Rp 63,7 triliun.

Baca Juga: Ini strategi Mandiri Manajemen Investasi mendongkrak return reksadana pasar uang

"Tahun ini, target AUM untuk MMI di Indonesia saja Rp 66 triliun, jika ditambah dengan AUM konsolidasi anak usaha di Singapura harapannya bisa ditambah Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun," paparnya.

Alvin juga mengaku MMI tidak terdampak dengan guncangan yang terjadi di industri reksadana yang membuat maraknya aksi redemption, dan diklaim sepanjang Januari - Februari 2020 MMI justru selalu mencatatkan subscription.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi