KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewi Fortuna seakan tak berpihak pada emiten teknologi. Pasalnya, setelah dibayangi suku bunga tinggi, kini prospek kinerja emiten teknologi dihantui oleh runtuhnya Silicon Bank Valley (SVB). Ketahanan fundamental para emiten teknologi tengah mengalami ujian. Namun para emiten optimistis punya fundamental yang kuat sambil mengejar profitabilitas. Yang teranyar, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) masih menderita rugi Rp 40,4 triliun sepanjang 2022. Sementara, pendapatan bersih
GOTO mampu melesat 120% secara tahunan menjadi Rp 11,3 triliun.
Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo mengatakan dengan capaian kinerja tersebut dan posisi kas yang solid, ia yakin GoTo dapat mencapai arus kas operasional positif.
Baca Juga: Rugi Bersih GOTO Tembus Rp 40 Triliun Posisi kas GOTO sebesar Rp 29 triliun pada akhir kuartal-IV 2022. GOTO juga memiliki fasilitas kredit dengan nilai sekitar Rp 4,65 triliun, yang telah digunakan sebesar Rp 1,5 triliun. "Posisi kas dan neraca Grup GoTo solid dan memadai untuk mencapai arus kas operasional positif tanpa membutuhkan pendanaan eksternal tambahan," ucap Jacky, Senin (20/3). Secata terpisah, Sekretaris Perusahaan GoTo Koesoemohadiani menjelaskan pihaknya telah menerapkan tiga langkah strategis sejak awal 2022, yakni dengan optimasi pendapatan, pengelolaan beban usaha dan dan pengembangan produk. Wanita yang akrab dipanggil Diani ini bilang
GOTO terus eksplorasi peluang untuk mengoptimalisasi sumber pendapatan di unit On-Demand Services dan E-Commerce. "Sehingga mampu memberikan lebih banyak solusi bagi pelanggan dan mendukung pertumbuhan berkualitas secara jangka panjang," kata Diani kepada Kontan.co.id. Efisiensi dan akselerasi profitabilitas juga dikejar oleh PT Bukalapak.com Tbk. Emiten dengan kode saham
BUKA ini akan terus mendorong pertumbuhan kinerja. Monica Chua, Head of Public Relations Bureau Bukalapak menjabarkan, saat ini marketplace Bukalapak dan juga mitra Bukalapak merupakan lini bisnis dan traffic generator utama dalam ekosistem bisnis BUKA. "Kami memiliki specialty platform yang memanfaatkan traffic dan user base dari marketplace Bukalapak dan Mitra Bukalapak dengan tujuan monetisasi. Ini dapat menunjang pendapatan perusahaan," tutur dia. Sebagai gambaran, BUKA mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 2,58 triliun atau melesat 92,14% secara tahunan per September 2022. BUKA berhasil membalikkan rugi Rp 1,12 triliun menjadi laba bersih Rp 3,62 triliun. Monica menyebut Bukalapak berada pada posisi yang baik dari sisi performa bisnis dan selalu fokus pada kinerja operasional agar terus tumbuh, berkembang dan mencapai profitabilitas.
Baca Juga: Kemarin Mentok ARB Akibat Rugi Membengkak, Ini Rekomendasi Saham GOTO Edhi Pranasidhi, Founder Indonesia Superstock Community bilang, saham teknologi masih terimbas sentimen runtuhnya SVB. Kendati begitu, untuk berinvestasi dalam jangka panjang pada perusahaan teknologi masih menarik. "Jadi saya perkirakan walaupun dalam dua tiga tahun mendatang masih sangat potensial. Dua atau tiga tahun mendatang kita tidak akan menggunakan uang kertas atau lebih sedikit," tutur dia. Sementara, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani bilang ia akan lebih memilih menghindari sektor teknologi karena masih banyak sentimen negatif.
Arjun bilang anjloknya sektor teknologi domestik terjadi karena GOTO yang masih mengalami kerugian besar yang melonjak secara tahunan malah makin parah. Apalagi bisnis startup dan teknologi ini butuh dana besar untuk mengembangkan produk dan jasa sehingga perlu menarik utang. Arjun menilai ini akan menjadi beban untuk emiten teknologi. "Ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga ini jadi beban untuk start up dan emiten teknologi serta membuat investor kurang minat investasi ke sektor ini," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi