Diterpa pandemi, DPK dan rasio keuangan BCA masih positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati sedang menghadapi kondisi pandemi Covid-19, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tetap mampu mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di semester I 2020. Selain itu, rasio keuangan BCA juga masih mampu dijaga stabil selama periode semester pertama tahun ini.

Dalam paparan, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan per semester I 2020 dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh 12,8% secara tahunan atau year on year (yoy), mencapai Rp 575,9 triliun dan berkontribusi sebesar 75,6% dari total dana pihak ketiga pada Juni 2020.

Jaringan transaksi perbankan yang luas merupakan faktor pendorong pertumbuhan dana CASA. BCA terus berinvestasi pada platform layanan transaksi perbankan, khususnya pada digital channels. Jumlah rekening tumbuh 11,9% yoy mencapai 22,5 juta rekening hingga Juni 2020 didukung oleh layanan pembukaan rekening online.


Baca Juga: Realisasi restrukturisasi BCA sudah mencapai Rp 115 triliun per Juni 2020

Sementara itu, deposito berjangka tumbuh 13,6% yoy mencapai Rp 185,6 triliun. Secara keseluruhan total dana pihak meningkat 13,0% yoy menjadi Rp 761,6 triliun. Posisi likuiditas tetap kokoh dengan LDR sebesar 73,3%. "Likuiditas berada pada tingkat yang sehat untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan yang tidak terduga, khususnya selama masa pandemi," ungkapnya, Senin (27/7).

Pada semester pertama 2020, bank bersandi bursa BBCA ini juga  berhasil menurunkan biaya dana pihak ketiga sehingga membantu meringankan tekanan pada pendapatan bunga gross akibat peningkatan restrukturisasi kredit. Pendapatan bunga bersih naik 10,6% yoy menjadi Rp 27,2 triliun. Pencapaian ini mendukung BCA untuk membukukan total pendapatan operasional sebesar Rp 37,8 triliun, tumbuh 10,3% yoy.

Baca Juga: Biaya provisi menggunung, laba bersih Bank BCA (BBCA) turun 4,8% di semester I

Di lain sisi, beban operasional tumbuh lebih rendah, sebesar 3,8% yoy menjadi Rp 16,2 triliun. Dengan demikian, laba sebelum provisi dan pajak BCA mencapai Rp21,5 triliun, tumbuh 15,8% yoy, dimana pertumbuhan yang baik tersebut telah memberikan ruang untuk mengantisipasi kenaikan biaya pencadangan kredit.

Biaya pencadangan penurunan nilai aset adalah sebesar Rp 6,5 triliun pada semester pertama tahun 2020, sejalan dengan peningkatan risiko potensi penurunan kualitas kredit. Secara keseluruhan laba bersih BCA selama enam bulan pertama tahun 2020 tercatat sebesar Rp 12,2 triliun dibandingkan dengan Rp 12,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Karyawan BCA dan CITI di SCBD positif Covid-19, begini penjelasannya

Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi, BCA tetap mampu menjaga permodalan Bank pada posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada level 22,9%, jauh di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator. Rasio kredit bermasalah atau NPL sebesar 2,1% dibandingkan 1,4% pada Juni 2019. BCA membukukan rasio pengembalian terhadap aset (ROA) 3,1% dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) 15,6% pada semester pertama 2020.

“Dalam memenuhi kebutuhan nasabah bertransaksi perbankan dari rumah, kami terus melakukan berbagai inisiatif pengembangan digital channels yang kami miliki. Kami mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk mendukung aktivitas operasional harian, baik untuk internal maupun eksternal,” pungkas Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati