Ditinggal Dwi, SMGR tetap ekspansi



JAKARTA. Singgasana tertinggi di PT Semen Indonesia Tbk sedang kosong. Sebab, pemerintah menunjuk Dwi Soetjipto memimpin PT Pertamina. Sepeninggal sang Direktur Utama itu, manajemen perusahaan Semen Indonesia belum berencana mengubah strategi bisnisnya.

Perusahaan plat merah itu meyakini kinerjanya tak akan terganggu tanpa pimpinan. "Kami telah memiliki sistem, jadi kami siap dengan perubahan ini," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia kepada KONTAN, Senin (1/12).

Dus, Semen Indonesia akan melanjutkan seluruh  rencana ekspansi yang sudah digagas oleh Dwi Soetjipto. Termasuk, rencana ekspansi ke luar negeri. Perusahaan itu masih berhasrat membangun pabrik di tujuh negara. 


Dua negara yang dibidik adalah Myanmar dan Bangladesh. Perusahaan berkode SMGR di Bursa Efek Indonesia itu merancang, produksi semen di Myanmar nanti akan dijadikan sebagai pemasok bahan baku pembuatan pabrik di Bangladesh. Sebab, negara beribukota Dhaka itu tidak mempunyai bahan baku untuk produksi semen.

Demi mendukung rencana tersebut, Semen Indonesia mengubah target kapasitas produksi pabrik Myanmar. Jika semula pabrik itu hanya ditargetkan memiliki kapasitas produksi 500.000 ton per tahun, kini target itu akan meningkat menjadi  1,5 juta ton semen per tahun.

Rencana memiliki pabrik di luar negeri itu akan menggenapi kepemilikan pabrik Semen Indonesia di Vietnam. Sekadar mengingatkan, perusahaan itu telah mengakuisisi perusahaan semen asal Vietnam bernama Thang Long Cement Joint Stock Company pada 18 Desember 2012. Pabrik Vietnam itu akan menyuplai pasar Laos, Kamboja, Malaysia dan Singapura. 

Sayang, realisasi penambahan pabrik di Myanmar berpotensi molor dari target. Semen Indonesia dan calon mitra dari Myanmar belum sepakat perihal pembagian saham di perusahaan patungan yang akan mereka bangun. Sebab, masing-masing perusahaan ingin menjadi pemilik saham mayoritas.

Oleh karena itu, Semen Indonesia tengah intensif bernegosiasi supaya rencana ekspansi ke Myanmar tak menguap menjadi mimpi belaka. "Semuanya tetap berjalan. Jadi andai ada pembatalan itu bukan karena posisi direktur utama yang kosong tapi cenderung ke masalah harga misalnya," tegas Agung.

Ekspansi dalam negeri

Selain melanjutkan rencana ekspansi ke luar negeri, Semen Indonesia tak mau mengabaikan rencana ekspansi di dalam negeri. Perusahaan itu mengaku sedang mengincar pasar semen di Sumatra bagian utara. Pilihan perusahaan itu adalah membangun pabrik di wilayah Aceh.

Pertimbangan bisnisnya, pabrik Aceh nanti akan dimanfaatkan untuk menyuplai pasar semen di Aceh, Riau, dan sejumlah daerah di kawasan Sumatra Utara.  Semen Indonesia mendesain pabrik itu memiliki kapasitas produksi sekitar tiga juta ton per tahun. Taksiran nilai investasinya mencapai Rp 3 triliun. Kalau tak meleset, pembangunan konstruksi pabrik dimulai pada pertengahan tahun depan.

Untuk memuluskan rencana mewujudkan pabrik di Aceh itu, Dewan Komisaris Semen Indonesia berencana menunjuk salah satu dari enam orang yang menjabat sebagai direksi perseroan, untuk menjadi pelaksana tugas (Plt) direktur utama. 

Namun, manajemen perusahaan itu belum menyebutkan waktu pastinya. "Dalam Waktu dekat kami akan mengadakan RUPSLB (rapat umum pemegang saham luar biasa) guna menunjuk Plt Direktur Utama ini," kata Agung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina