Ditinggal Merck, SDPC kian loyo



JAKARTA. Kinerja PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) semakin memprihatinkan. Setelah putus kongsi dengan PT Merck Tbk pada Desember tahun lalu, performa perusahaan ini terus menurun. Maklum, kontribusi Merck mencapai 26% dari total penjualan SDPC.

Hingga akhir kuartal ketiga 2010, pendapatan SDPC sebesar Rp 622,57 miliar, merosot 21,13% dibandingkan pendapatannya di periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 789,41 miliar.

Adapun pos laba usaha pada sembilan bulan pertama tahun ini hanya Rp 7,29 miliar atau rontok 63,95% daripada laba usaha di tahun lalu, yaitu Rp 20,22 miliar. Tak heran jika SDPC menderita rugi bersih sebesar Rp 404,92 juta.


Untuk meningkatkan performa perusahaan, tahun ini SDPC sudah mendapatkan dua klien baru yaitu Tobes yang didapat awal tahun ini dan LG Support di bulan Juni lalu. Namun, nilai transaksi kedua vendor tersebut tidak sebesar Merck.

Pada tahun depan, SDPC berusaha untuk menggaet lebih banyak klien baru. "Tapibelum tahu kapan kami akan mendapatkannya," ujar Andrew, Presiden Direktur SDPC, Selasa (30/11). Hingga saat ini Millennium sudah memiliki 24 prinsipal. Selain itu, SDPC juga berniat membuka cabang baru di beberapa kota di Indonesia.

Andrew bilang, untuk membuka cabang baru dibutuhkan investasi dengan nilai rata-rata Rp 1,5 miliar. Adapun jumlah cabang yang kini beroperasi sebanyak 29 cabang. Untuk membiayai ekspansinya itu, SDPC telah menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 8 miliar.

Dana capex tersebut diambil dari sisa capex tahun ini yang dianggarkan Rp 10 miliar. Menurut Andrew, capex 2010 yang terpakai baru sebesar Rp 1,5 miliar.

"Capex tahun depan masih akan digunakan untuk pengembangan IT dan pembukaan beberapa cabang baru kita," kata Andrew.

Andrew menambahkan, kecilnya alokasi capex tersebut merupakan strategi perusahaannya untuk melakukan efisiensi setelah putus hubungan dengan Merck.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini