KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor pertambangan, khususnya batubara, tetap menjadi sektor yang eksotis bagi perbankan domestik. Padahal di ranah global, penggunaan energi terbarukan kini mulai banyak digalakkan. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual bilang saat ini memang bank lokal diuntungkan dengan banyak bank asing yang mulai mengurangi kredit ke sektor batubara. Alhasil, bank domestik yang menangkap peluang tersebut. “Kalau dari sisi pendanaan kelihatannya yang dari asing ini kecenderungan agak serat likuiditasnya ke sektor pertambangan maupun juga ke sektor energi,” ujar David, Senin (25/11).
Ia juga menyoroti terkait kualitas kreditnya sendiri. Di mana, David melihat kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di sektor pertambangan terpantau lebih baik.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara yang Mulai Bangkit David mencontohkan NPL di segmen UMKM yang secara industri ada di level 4%. Sementara, untuk NPL di sektor pertambangan ada di level 1%. Begitu juga jika dibandingkan dengan sektor manufaktur yang kini tengah terutama untuk subsektor tekstil, NPL-nya jauh lebih baik untuk sektor pertambangan. “Itu kenapa minat daripada perbankan untuk masuk ke sektor pertambangan ini masih sangat besar,” ujar David. Tak hanya itu, David bilang peluang sektor pertambangan batubara juga didukung oleh terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Mengingat, Presiden terpilih ini lebih pro terhadap sektor energi fosil dan juga komoditas.
Baca Juga: Saham Perbankan Mulai Membaik, Simak Rekomendasi Berikut! Salah satu yang gencar mengalirkan pendanaan ke sektor pertambangan adalah Bank BCA. Mengacu pada laporan keuangan per akhir September 2024, kredit BCA ke sektor tersebut tumbuh 49,58%
year to date menjadi Rp 22,88 triliun Begtiu juga dengan Bank Mandiri. Senior Vice President Bank Mandiri, Freddy Iwan S.Tambunan mengungkapkan bahwa bank lokal menangkap peluang ketika bank asing mengurangi kredit ke sektor batubara. Alhasil, Bank Mandiri masih mendukung kredit di sektor tersebut. “Pertumbuhan
demand pada ekspor batubara yang terus bertambah setiap tahunnya berdampak pada peningkatan kualitas kredit di sektor batubara,” ujar Freddy. Adapun, ia bilang ancamannya yang menjadi tantangan utama adalah adanya transisi energi untuk mencapai target netral karbon hingga tahun 2045. Menurutnya, ini juga merupakan satu ancaman dari bank di sektor pembiayaan batubara.
Baca Juga: Hingga Oktober 2024, Pembiayaan Multiguna Tumbuh Pesat Oleh karenanya, Bank Mandiri pun memitigasi dengan juga meningkatkan kredit ke energi terbarukan. Di mana, ini untuk mengimbangi porsi kredit batubara agar tidak terlalu mendominasi. Per September 2024, kredit Bank Mandiri ke sektor energi yang tidak terbarukan senilai Rp 20 triliun. Angka ini ada penurunan dari periode sama tahun lalu senilai Rp 24 triliun. Sementara itu, untuk kredit ke energi terbarukan per September 2024 senilai Rp 10 triliun. Ini sedikit meningkat dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 9 triliun.
“Setiap pertumbuhan kita
dicover dengan pertumbuhan yang
renewable energy. Bakal [tetap] memberikan ke sektor batubara, tapi juga harus tumbuh di sektor yang terbarukan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih