Ditolak Pertamina, Pasokan Tabung Gas Terancam Tersendat



JAKARTA. Produsen tabung gas ukuran tiga kilogram (kg) dalam negeri sedang kebingungan. Sebab, sejak 8 Januari 2009 Pertamina menolak pengiriman tabung gas yang telah mereka produksi. Hingga kini, Pertamina masih menutup gudangnya yang terletak di Depot Plumpang Jakarta Utra. Dengan alasan, gudang Pertamina di Depot Plumpang penuh.

Akibat hal ini, terjadi penumpukan stok di gudang produsen dan peredaran tabung gas isi 3 kg terancam terhambat. Kondisi ini mempersulit pengusaha karena selain gudang mereka penuh, produksi pun menjadi terhambat. "Pertamina katanya mau membuka gudangnya pada besok (hari ini) tapi ternyata ada kejadian ledakan di Plumpang. Jadi kami perkirakan akan molor lagi," kata Ketua Asosiasi Industri Tabung Baja (Asitab) Tjiptadi, Senin (19/1).

Padahal, saat ini produsen tabung gas tengah menggenjot produksinya. Terutama untuk memenuhi pasokan yang telah ditenderkan untuk tahun 2008. Namun, akibat kebijakan Pertamina yang tidak menerima kiriman tabung gas jadi menghambat kegiatan produksi mereka. Kondisi ini dinilai harus segera mempunyai jalan keluar mengingat kemampuan gudang produsen terbatas. Nah, upaya mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini, Asitab telah mengirimkan surat aduan ke Departemen Perindustrian bulan ini.


Selain itu, produsen tabung gas juga tengah mengeluhkan sistem transaksi pembayaran yang baru diterapkan Pertamina yang dikenal dengan mySAP. Sistem baru ini bagi produsen sangat menghambat pembayaran ke mereka. Akibatnya, mengganggu cash flow produsen. Mereka pun kesulitan membeli bahan baku untuk produksi berikutnya karena pembayaran dari Pertamina tersendat dengan penerapan sistem barunya.

Produsen meminta Pertamina kembali menerapkan kebijakan yang lama, yakni pembayaran dengan cara manual."Kita tidak bisa membeli bahan baku ke KS (PT Krakatau Steel) karena tidak ada uang karena belum dibayar Pertamina, lebih baik mereka (Pertamina) kembali membayar dengan sistem lama agar perputaran uang bisa terus terjaga," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie