KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan pasar mobil listrik atau
battery electric vehicle (BEV) nasional berpotensi makin ketat pada 2025 mendatang. Hal ini menyusul langkah pemerintah yang kembali menggencarkan pemberian insentif fiskal untuk segmen otomotif tersebut.
Sebagaimana diketahui, bertepatan dengan implementasi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai Januari 2025, pemerintah menebar sejumlah insentif di berbagai sektor industri, termasuk otomotif.
Dalam hal ini, pemerintah akan melanjutkan program insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) 10% untuk mobil listrik yang dirakit di dalam negeri atau
completely built up (CKD). Insentif lainnya adalah diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) sebesar 15% untuk impor mobil listrik secara
completely built up (CBU) dan CKD. Mobil listrik impor CBU juga dikenakan insentif bebas bea masuk. Sampai saat ini, pemerintah belum menerbitkan aturan teknis untuk kebijakan insentif fiskal tersebut.
Baca Juga: Insentif Sektor Otomotif Berlaku di 2025, Siapa yang Diuntungkan? Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto menyambut positif beragam insentif fiskal yang menyasar mobil listrik pada tahun depan. Kebijakan ini dapat memacu merek-merek mobil listrik di Indonesia untuk terus berinovasi mengembangkan model baru, sehingga pada akhirnya kontribusi penjualan mobil tersebut akan meningkat.
Gaikindo memperkirakan, dengan adanya insentif pajak, persaingan pasar mobil listrik nasional tidak akan terkonsentrasi pada merek-merek dari negara tertentu saja.
"Kebijakan insentif ini berlaku untuk seluruh pabrikan, apalagi sudah banyak merek yang memiliki produk BEV," ujar dia, Selasa (17/12).
Walau begitu, Gaikindo mengingatkan bahwa tantangan di industri otomotif secara umum masih berat. Selain PPN dipastikan naik jadi 12%, pemerintah daerah juga akan memungut opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada tahun depan.
Baca Juga: Meski Peroleh Insentif, Gaikindo Beberkan Tantangan Sektor Otomotif Tahun Depan Realisasi penjualan Merujuk data Gaikindo, penjualan
wholesales (pabrik ke diler) mobil listrik nasional mencapai 32.277 unit pada Januari-November 2024. Angka ini melesat 131,94%
year on year (yoy) dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu yakni 13.916 unit.
BYD menjadi merek mobil listrik terlaris di Indonesia dengan capaian penjualan
wholesales sebanyak 13.866 unit hingga November 2024. Padahal, merek asal China ini baru mencatatkan penjualan mulai Juni lalu.
Lonjakan penjualan BYD tak lepas oleh dukungan insentif bebas bea masuk dan PPnBM impor mobil listrik CBU. Untuk memperoleh insentif ini, BYD harus berkomitmen membangun pabrik mobil listrik di Indonesia. Selain BYD, insentif pajak untuk impor mobil listrik CBU juga dinikmati oleh Citroen, Aion, dan VinFast.
Setelah BYD, ada Wuling Motors yang membukukan penjualan
wholesales mobil listrik sebanyak 11.310 unit hingga November 2024. Capaian Wuling cukup dipengaruhi oleh kebijakan insentif berupa PPN 10% dari pemerintah. Wuling mampu mendapat insentif ini lantaran mereka sudah mampu memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Pabrikan China lainnya, Chery juga menikmati insentif PPN 10% melalui mobil listrik Omoda E5. SUV listrik ini terjual secara
wholesales sebanyak 4.265 unit hingga November 2024.
Baca Juga: Insentif Pajak Mobil Listrik dan Hybrid Berlaku pada 2025, Begini Tanggapan Hyundai Sementara itu, pabrikan asal Korea Selatan yakni Hyundai membukukan penjualan
wholesales sebanyak 2.547 unit hingga November 2024. Beberapa mobil listrik Hyundai telah diproduksi di dalam negeri, sehingga memperoleh insentif PPN 10% yakni Ioniq 5 dan Kona Electric. Adapun Ioniq 6 yang bermain di segmen premium tidak memperoleh insentif tersebut lantaran masih diimpor secara CBU.
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia Franciscus Soerjopranoto menyebut, pihaknya tetap memprioritaskan mobil listrik di Indonesia. Bahkan, Hyundai telah mengembangkan ekosistem mobil listrik yang lengkap, mulai dari hulu hingga hilir.
"Kami terus berusaha berkembang melalui investasi di Indonesia," tandas dia, Senin (16/12).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih