Ditopang kenaikan harga batubara, simak rekomendasi saham Harum Energy (HRUM)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) pada tahun ini terus memperlebar sayap bisnis mereka pada industri nikel. Teranyar, pada Agustus silam, HRUM melalui anak perusahaannya, PT Tanito Harum Nickel telah menambah kepemilikannya di perusahaan smelter nikel Infei Metal Industri (IMI), menjadi sebesar 39,2%.

Selain itu, pada Mei lalu, HRUM juga telah merogoh kocek hingga US$ 45,03 juta untuk menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan tambang nikel asal Australia, Nickel Mines Limited. Alhasil, per 12 Mei 2021, HRUM memiliki 6,737% dari seluruh modal ditempatkan dalam Nickel Mines Limited.

Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah menjelaskan, aksi tersebut tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap bisnis HRUM seiring bisnisnya yang menjadi lebih terdiversifikasi. 


Apalagi, jika bisnis terus tersebut bisa terus dikembangkan sehingga akan berdampak baik terhadap kinerja HRUM secara jangka panjang.

Baca Juga: Harga batubara tren naik, apakah saham ADRO, PTBA, ITMG, UNTR, HRUM yang layak beli?

Namun, untuk saat ini, Regina melihat kinerja HRUM masih akan ditopang dengan kenaikan harga batubara. Ia menjelaskan, sejauh ini HRUM diuntungkan dengan kenaikan permintaan batubara dari China dan Korea Selatan. 

Hal ini tercermin dari data terakhir yang menyebutkan kebutuhan pembangkit listrik termal meningkat di Cina pada bulan Januari hingga Juli sebesar 13,2% yoy. Sementara konsumsi batubara non-listrik meningkat sebesar 7,7% yoy, yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga batubara dalam beberapa waktu terakhir.

 
HRUM Chart by TradingView

“Dengan tren harga batubara yang cukup tinggi, kemudian kenaikan demand dari beberapa negara-negara tujuan ekspor HRUM, maka ini akan berpotensi meningkatkan kinerja HRUM pada sisa tahun ini,” kata Regina kepada Kontan.co.id, Selasa (14/9).

Senada, analis BRIDanareksa Sekuritas Stefanus Darmargiri dalam risetnya pada 3 Agustus menilai, ada indikasi perbaikan volume produksi batubara HRUM di kuartal ketiga, yang berasal dari Blok E dan D di Mahakam Sumber Jaya (MSJ). Selain itu, produksi batubara di wilayah pertambangan Karya Usaha Pertiwi (KUP) diperkirakan juga akan meningkat pada kuartal ini.

“Oleh karena itu, dengan meningkatnya produksi batubara ditambah dengan harga batubara yang solid belakangan ini, kami meyakini bahwa laba inti HRUM akan lebih baik pada sisa tahun ini,” tulis Stefanus

Adapun, pada semester I-2021, HRUM mencatatkan pendapatan bersih senilai US$ 115,72 juta atau naik 12,74% dari realisasi penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 102,54 juta.

Meski pendapatan naik, HRUM justru mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 52,7%, dari semula US$ 21,92 juta menjadi US$ 10,35 juta. Hal ini seiring HRUM yang mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 7,3 juta pada kuartal II-2021, seiring adanya perubahan metode akuntansi yang menyebabkan penyesuaian negatif sebesar US$ 10,6 juta dalam nilai wajar investasi HRUM di Nickel Mines Limited.

Stefanus memproyeksikan HRUM akan membukukan pendaptan sebesar US$ 260 juta dengan laba bersih sebesar US$ 46 juta. 

Walau begitu, Regina melihat pergerakan harga saham HRUM dalam jangka pendek hingga menengah masih akan cenderung konsolidasi. Namun, ia menilai saham HRUM masih cukup menarik dan bisa diakumulasi apabila masih mampu bertahan di level 5.000, dengan target harga di Rp 5.410.

Sementara Stefanus saat ini merekomendasikan jual saham HRUM dengan target harga Rp 4.100 per saham.

Selanjutnya: Harga jual batubara beberapa emiten tambang terdongkrak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi