Ditopang sektor korporasi, BCA salurkan kredit Rp 586,8 triliun hingga Maret 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau sudah mulai membaik, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih merasakan dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis kredit. Ini terjadi karena aktivitas bisnis yang belum pulih sepenuhnya menyebabkan fasilitas kredit yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, total kredit BCA turun menjadi Rp 586,8 triliun di akhir Maret 2021. Dari jumlah tersebut, kredit korporasi mencapai Rp 262,6 triliun di Maret 2021, naik 0,9% YoY. 

“Sementara itu, kredit komersial dan UKM turun 6,4% YoY menjadi Rp 178,9 triliun. Total kredit konsumer juga kontrak 10% YoY menjadi Rp 139,5 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,4% YoY menjadi Rp 89,4 triliun, serta KKB berkurang 23,7% YoY menjadi Rp 36 triliun,” kata Jahja secara virtual, hari ini (22/4). 


Adapun saldo outstanding kartu kredit BCA turun 10,2% YoY ke Rp 11,1 triliun. Pengajuan aplikasi kredit konsumer baru dari BCA Online Expoversary diharapkan akan berkontribusi bagi penyaluran kredit baru pada kuartal II-2021. 

Dari total portofolio kredit, sekitar 21,4% atau Rp 126,0 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan.

Baca Juga: BCA bukukan pertumbuhan laba 7% yoy menjadi Rp 7,04 triliun di kuartal I-2021

 
BBCA Chart by TradingView

Meski masih mengalami kontraksi pada kuartal pertama lalu, Jahja optimistis terhadap proyeksi kredit BCA yang masih sesuai rancangan bisnis bank (RBB) yakni tumbuh di level 6%. Ini karena BCA memiliki likuiditas yang memadai dalam menyalurkan kredit tersebut. 

“Karena setiap kesempatan kredit uangnya ada, likuiditas ada kenapa perlu dibatasi. Sebisanya, setinggi-tingginya, sebanyak permintaan yang bisa dilayani selama permintaan kreditnya benar tentu akan kita penuhi. Saya pikir kami akan penuhi setiap permintaan kredit sesuai portofolio kredit kita,” pungkas Jahja. 

Direktur BCA Rudy Susanto menambahkan, sektor kredit yang masih mengalami perlambatan terjadi pada sektor pariwisata, hotel, maupun perdagangan. 

Sedangkan sektor yang bertumbuh paling cepat di bank swasta terbesar ini ada di telekomunikasi, sektor CPO yang membutuhkan modal kerja seiring kenaikan harga CPO, beserta sektor turunan dari kayu seperti pulp and paper.

Selanjutnya: Sri Mulyani: Kasus BLBI seret 22 obligor dan 12.000 berkas debitur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari