KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) mencatatkan kinerja yang cemerlang pada semester I-2023. Di paruh kedua tahun ini, analis juga melihat sejumlah sentimen positif yang akan menjadi faktor pendukung kinerja INDF. Dalam riset tanggal 3 Agustus 2023, Analis Maybank Sekuritas Willy Goutama mencatat, laba bersih INDF pada semester 1 2023 melesat hingga 92% year on year (yoy) menjadi Rp 5,57 triliun. Pencapaian ini didorong oleh beban bunga yang lebih rendah karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 4,5% pada periode tersebut. INDF memiliki utang dalam mata uang asing yang tinggi, yakni 74% dari total utang berbunga dan eksposur penjualan dalam mata uang asing sebesar 23% dari total penjualan. Alhasil, beban bunga INDF berkurang seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Baca Juga: Kinerja Diproyeksi Membaik, Cermati Rekomendasi Saham Indofood Sukses Makmur (INDF) Di luar kenaikan nilai tukar yang sebesar Rp 1,46 triliun, INDF mencetak laba bersih semester 1 2023 sebesar Rp 4,43 triliun atau naik 10% yoy. Realisasi tersebut setara 47% dari perkiraan konsensus untuk setahun penuh 2023. Untuk semester II-2023, Willy memperkirakan akan ada peningkatan permintaan dari para pelanggan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Rebound harga komoditas, terutama gandum dan crude palm oil (CPO) akan mendorong laba bersih INDF lebih tinggi. Menurutnya, harga komoditas akan pulih pada semester II-2023 dan 2024 karena gangguan pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina dan adanya fenomena El Nino. INDF akan diuntungkan oleh kenaikan ini karena termasuk dalam sektor consumer yang defensif. Komposisi harga komoditas mencakup 28% dari harga jual produk-produk INDF di tahun 2023. Di sisi lain, meningkatnya kontribusi pendapatan Pinehill Company Limited terhadap INDF di negara-negara Timur Tengah dan Afrika akan meningkatkan risiko nilai tukar INDF. Pada semester I-2023, pendapatan segmen CBP naik 6,5% yoy menjadi Rp 34,3 triliun. Penjualan segmen mi instan tumbuh 7,6% yoy, didorong oleh harga jual rata-rata yang lebih tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri sementara volume tetap stabil. Dalam riset tanggal 8 Agustus 2023, Analis Ciptdana Sekuritas Putu Chantika Putri mengatakan, pendapatan INDF pada semester 1 2023 naik 6,3% yoy menjadi Rp 56 triliun. Pencapaian ini sedikit lebih rendah dibanding perkiraan, yakni setara 48% dari proyeksi konsensus untuk setahun penuh 2023. Putu menjelaskan, harga gandum global berada dalam tren penurunan hingga Juni 2023. Karena harga gandum yang lebih rendah, Bogasari menurunkan harga jualnya sebesar 6%-8% di semester 1 2023. Alhasil, sepanjang Januari-Juni 2023, pendapatan Bogasari hanya naik 5,2% yoy sebesar Rp 15,8 triliun. Penurunan harga gandum ini juga menyebabkan penurunan rata-rata harga jual alias average selling revenue (ASP) sebesar 2% pada Juli 2023. Penurunan harga CPO juga menyebabkan pendapatan agribisnis INDF merosot 5,3% yoy menjadi Rp 7,6 triliun pada semester 1 2023.Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania mengatakan, hal ini disebabkan oleh harga CPO yang lebih rendah menjadi Rp 11.408/kg dari Rp 14.519/kg pada semester I-2022. Selain itu, produksi CPO dan palm kernel perusahaan sawit INDF juga menurun di semester 1 2023. "Produksi CPO turun 5% yoy menjadi 309 ribu ton dan palm kernal turun 3% yoy menjadi 76.000 ton," ucap Cindy.
Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham ICBP, Ini Alasannya Ke depannya, Putu melihat prospek yang lebih baik pada segmen agribisnis INDF karena didukung oleh meningkatnya permintaan minyak sawit yang didorong oleh implementasi wajib B35 di Indonesia dan perayaan Deepavali yang akan datang pada kuartal IV-2023. "Terlebih lagi, dampak El Nino masih menjadi pertimbangan penting," kata Putu.
Manajemen INDF akan terus memantau situasi dengan cermat karena saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi kemungkinan dampaknya dan implikasi yang mungkin ditimbulkannya. Dengan melihat hasil semester I 2023, Putu memprediksi pendapatan 2023 akan mencapai Rp 116,49 triliun dengan dan laba bersih sebesar Rp 10,58 triliun. Jumlah tersebut naik 5,1% dari pendapatan 2022 yang sebesar Rp 110,83 triliun dan laba bersihnya melesat 66,29% dari 2022 sebesar Rp 6,36 triliun. Ketiga sekuritas ini merekomendasikan buy INDF dengan target harga yang berbeda-beda. Maybank Sekuritas menetapkan target harga Rp 9.000 per saham, Ciptadana Sekuritas Rp 9.300 per saham, dan NH Korindo Sekuritas Rp 8.600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi