Dituding mencuci uang, HSBC bayar US$ 1,9 miliar



NEW YORK. HSBC Holdings Plc harus membayar denda sebesar US$ 1,9 miliar kepada pihak berwenang di Amerika Serikat (AS) atas tudingan tindak pencucian uang. Penyelidikan Senat AS menunjukkan, bank terbesar di Eropa yang berbasis di Swiss ini telah menjadi bank penyalur uang kotor milik gembong narkoba dan pencucian uang dari negara nakal, seperti Iran dan Korea Utara yang menjadi musuh AS.

HSBC mengakui bersalah dan meminta maaf karena tidak memiliki kontrol ketat terhadap tindak pencucian uang di perusahaannya. "Kami menerima tanggung jawab atas kesalahan masa lalu kami," kata Stuart Gulliver, Chief Executive Officer (CEO) HSBC Group seperti dikutip BBC.

Gulliver bilang, HSBC telah mengeluarkan dana sebesar US$ 290 juta untuk meningkatkan sistem pencegahan pencucian uang. Bahkan, pihaknya juga memotong bonus para eksekutif senior di masa lalu untuk menunjukkan niat baiknya tersebut. Bulan lalu HSBC mengumumkan, pihaknya telah menyediakan dana sebesar US$ 1,5 miliar untuk menyelesaikan setiap denda yang dilakukan.


Melanggar sanksi AS

Pencucian uang adalah proses menyamarkan uang hasil tindak pidana. Dengan tindakan itu maka uang tersebut tidak bisa dihubungkan dengan kejahatan yang dilakukan. Selain HSBC, pihak berwenang AS juga menjatuhkan denda US$ 300 juta kepada Standard Chartered Plc karena melanggar sanksi AS atas Iran.

Dalam laporannya Senat AS mengatakan, HSBC tidak memiliki kebijakan ketat dengan Meksiko, walaupun negara ini memiliki tingkat pencucian uang dan perdagangan narkoba yang tinggi.  HSBC juga telah menerima penyaluran dana sebesar US$ 7 miliar dari perbankan di Meksiko, lebih besar dari perbankan lain, namun tidak melaporkan kecurigaan atas tindakan pencucian uang.

Selain itu, HSBC juga mengizinkan 25.000 transaksi keuangan selama tujuh tahun dengan Iran, tanpa mengungkapkan hubungan mereka dengan negara tersebut. Hal itu dianggap melanggar aturan pemblokiran AS transaksi kartel narkoba dan transaksi dari negara-negara yang dianggap nakal, sepertti Iran dan Korea Utara. HSBC juga dituding menyediakan dollar AS dan layanan perbankan ke bank di Arap Saudi yang dianggap memiliki jaringan ke teroris. 

Seperti dikutip Bloomberg, denda US$ 1,9 miliar harus dibayarkan HSBC sebagai perjanjian penangguhan penuntutan. Perjanjian itu memungkinkan HSBC menghindari denda lebih tinggi, namun dengan komitmen reformasi sistem pengawasan tertentu. 

Editor: Uji Agung Santosa