KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan awal pekan. Senin (5/2), kurs rupiah spot melemah 0,31% ke Rp 15.708 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah Jisdor melemah 0,11% ke Rp 15.705 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu di Rp 15.688 per dolar AS. Analis Senior Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 15.680 per dolar AS–Rp 15.738 per dolar AS pada Selasa (6/2). “Setelah data inflasi AS dirilis meningkat, sejalan dengan sejumlah Pejabat The Fed yang juga mengindikasikan kebijakan yang masih
hawkish sehingga potensi suku bunga AS pada levelnya saat ini masih akan dipertahankan beberapa waktu ke depan,” ujar Reny kepada Kontan.co.id, Senin (5/2).
Pasca rilis data
nonfarm payrolls AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pada minggu lalu, pelaku pasar kembali melakukan aksi beli terhadap dolar AS sekaligus mendukung fenomena
higher for longer Fed Funds Rate lebih lanjut.
Baca Juga: Melemah Hari Ini, Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah Selasa (6/2) Di sisi lain, sesuai ekspektasi, dia juga mengatakan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% pada 2023. “Perekonomian Indonesia masih didukung oleh konsumsi dan investasi. Rilis data ini diharapkan dapat menahan pelemahan rupiah lebih lanjut,” kata dia. Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memproyeksikan rupiah akan bergerak kisaran Rp 15.650 per dolar AS-Rp 15.800 per dolar AS hari ini. Dia mengatakan, rupiah diperkirakan masih akan tertekan selain oleh dolar AS yang menguat. “Bahkan juga tertekan oleh sentimen dan kekhawatiran investor menjelang Pilpres 2024,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (5/2)
Baca Juga: IHSG Turun Hari Ini (5/2), Simak Proyeksi Besok (6/2) Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp 15.680 per dolar AS-Rp 15.750 per dolar AS pada perdagangan Selasa (6/2). Menurut dia, hal itu terjadi lantaran beberapa sentimen. Rupiah melemah sejak pembukaan perdagangan Senin (5/2) pasca penguatan dolar AS dan kenaikan
yield US Treasury pada perdagangan Jumat lalu (2/2). “Hal itu ditopang oleh rilis data tenaga kerja AS yang solid yakni
non-farm payroll yang tercatat meningkat 353.000 dan tingkat pengangguran AS yang stabil di kisaran 3,7% pada bulan Januari 2024,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (5/2). Tak hanya itu, dia mengatakan solidnya data ekonomi AS berimplikasi bahwa Fed berpotensi masih akan mempertahankan FFR di level 5,5% pada rapat FOMC bulan Maret. Kemudian, adanya rilis data ekonomi Tiongkok seperti PMI composite dan PMI service pada bulan Januari 2024, yang tercatat lebih rendah dari angka rilis bulan sebelumnya. “Pelemahan data ekonomi Tiongkok menjadi
risk-sentiment bagi negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, yang akan cukup terpengaruh dengan potensi perlambatan ekonomi Tiongkok pada tahun 2024 ini,” kata dia.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,24% ke Rp 15.705 Per Dolar AS Pada Senin (5/2) Josua menilai, rupiah memangkas pelemahannya terhadap dolar AS hingga di kisaran Rp 15.693 per dolar AS. Ditambah, Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini merilis data pertumbuhan kuartal IV-2023 dan keseluruhan tahun 2023 yang tercatat solid di kisaran 5%. Angka ini mengindikasikan kinerja perekonomian Indonesia yang solid di tengah perlambatan ekonomi global. Kendati demikian, rupiah ditutup melemah 0,3% atau 47 point ke level 15.705 per dolar dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga ditutup melemah 0,46% ke level 7.206, meskipun
yield SUN 10 tahun tercatat turun 2bps menjadi 6,52%, di tengah level dolar index yang masih bertahan di kisaran 104,0-104,2. “Pelaku pasar akan menantikan rilis data PMI service dan composite AS pada bulan Januari yang diperkirakan sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati