Ditutup Melemah, Rupiah Diprediksi Berbalik Menguat pada Selasa (1/10)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup terkoreksi turun pada Senin (30/9). Kurs rupiah spot melemah 0,10% ke Rp 15.140 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) terkoreksi 0,03% ke Rp 15.144 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah didorong data manufaktur dan jasa China yang cenderung lebih rendah daripada ekspektasi. "Data tersebut menurunkan ekspektasi pemulihan ekonomi China, sehingga mendorong sentimen risk-off bagi beberapa negara Asia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).

Untuk besok, Josua memperkirakan rupiah berpotensi menguat terbatas. Hal itu sejalan dengan potensi pelemahan data-data manufaktur AS, serta proyeksi deflasi untuk inflasi Indonesia.


Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,04% ke Rp 15.144 Per Dolar AS Pada Senin (30/9)

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi juga memperkirakan rupiah berpotensi menguat. Sebab, pasar mendukung wacana pemerintah melakukan penarikan utang di awal (prefunding) untuk membiayai APBN 2025. Prefunding tersebut akan dilakukan melalui surat berharga negara (SBN) valuta asing (valas).

Ibrahim berpandangan bahwa likuiditas asing akan membantu menutup celah kebutuhan investasi jangka panjang. Apalagi, The Fed telah menurunkan suku bunganya hingga 50 basis point (bps) pada medio September lalu, dan kemungkinan kembali turunkan suku bunganya dua kali lagi dengan penurunan minimal 50bps.

Dengan penurunan suku bunga, diharapkan dana deposit di AS akan mengalir ke luar dan sangat berpotensi mengalir masuk ke pasar berkembang seperti Indonesia. "Meski demikian, agar pemerintah memilih waktu yang pas ketika terbitkan SBN untuk prefunding APBN 2025 tersebut," sebutnya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.080 per dolar AS-Rp 15.160 per dolar AS. Sementara Josua memproyeksikan rupiah di kisaran Rp 15.075 per dolar AS-Rp 15.175 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati