Diversifikasi bisnis membuat saham Bukit Asam (PTBA) masih atraktif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sepanjang enam bulan pertama 2020 mengalami tekanan. Emiten pertambangan batubara pelat merah ini membukukan laba bersih senilai Rp 1,28 triliun. Realisasi ini turun 35,8% dari semester pertama 2019 yang sebesar Rp 2,0 triliun.

Dari sisi topline, PTBA mencatat penurunan pendapatan sebesar 15,1% secara tahunan menjadi Rp 9,01 triliun.

Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menilai, torehan kinerja PTBA pada semester pertama masih sesuai dengan ekspektasi yang dipasang Danareksa, yakni mencerminkan 53% dari ekspektasi dan 47% dari konsensus.


Melemahnya profitabilitas Bukit Asam mencerminkan penurunan volume penjualan batubara sebesar 14,7% secara kuartalan, yang disebabkan oleh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang akhirnya mengurangi permintaan listrik. Dengan demikian, volume penjualan batubara domestik Bukit Asam merosot 31,8% secara kuartalan. 

Baca Juga: PT Bukit Asam (PTBA) gencarkan pengembangan PLTS di sejumlah wilayah

Harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara PTBA juga melemah di kuartal kedua. Selain itu, biaya operasional (opex) juga terpantau lebih tinggi yakni naik  62,3% secara kuartalan.

Meski demikian, Stefanus mengatakan manajemen PTBA berharap volume penjualan batubara akan pulih semester kedua dibandingkan dengan kuartal kedua 2020. Hal ini seiring dengan bangkitnya kembali permintaan domestik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), menyusul pelonggaran PSBB. Selain itu, dengan PTBA mengincar pasar ekspor baru seperti Bangladesh, Pakistan, Brunei, dan Kamboja, ekspor batubara diharapkan lebih meningkat pada semester ini.

“Harga batubara yang lunak diperkirakan akan berdampak pada harga domestik di semester kedua 2020, terutama mengingat skema penetapan harga yang didasarkan pada harga rata-rata kuartal sebelumnya. Namun, kami berharap perusahaan dapat melakukan efisiensi lebih lanjut,” tulis Stefanus dalam riset, Rabu (30/9).

Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham PTBA dengan  target harga Rp 2.900. 

Salah satu daya tarik PTBA adalah diversifikasi bisnisnya ke segmen pembangkit listrik mulut tambang dan gasifikasi batubara yang akan meningkatkan produksi batubara ke depannya. Sebab, batubara hasil produksi Bukit Asam akan dipasok untuk kedua proyek tersebut.

Sebelumnya, Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin  mengatakan kemajuan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 per Juni 2020 telah mencapai 43% dan diharapkan beroperasi secara komersial pada kuartal pertama 2022.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham Bukit Asam (PTBA) di tengah penurunan harga batubara

Di sisi lain, emiten ini juga tengah dalam proses membangun pabrik gasifikasi batubara, yang akan menghasilkan 1,4 juta ton Dymethil Ether (DME) per tahunnya. 

Arviyan mengatakan, nantinya output gasifikasi ini akan menjadi pengganti (substitusi) liquefied petroleum gas (LPG) yang selama ini masih diimpor pemerintah.

Selanjutnya: Permintaan terkerek, harga batubara acuan (HBA) Oktober naik menjadi US$ 51 per ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi