Diversifikasi bisnis mengerek kinerja KAEF



JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melebarkan sayap ke bisnis properti. Direktur Utama KAEF, Rusdi Rosman mengatakan, akan membangun tiga hotel di Jakarta dan Bandung.

Pada tiga hotel ini KAEF akan menempatkan apotek dan klinik. Ankga Adiwirasta, Analis BNI Securities menilai, kalau rencana ini terealisasi akan berdampak positif bagi kinerja KAEF. Pasalnya, aset perusahaan memiliki nilai tambah. Selain itu, KAEF juga bisa meraih pendapatan berulang (recurring income).

Pasalnya menurut Ankga, untuk menggarap bisnis ini, KAEF menjalin kerjasama dengan kontraktor dengan skema build operate transfer (BOT). "Itu artinya, KAEF hanya menyediakan tanahnya saja, sedangkan investor yang akan membangun hotel itu," jelas dia. Skema ini berjangka 20 tahun sejak ketiga hotel itu beroperasi. Ini artinya pasca transaksi properti itu masih akan menjadi milik KAEF.


Pada periode 20 tahun itu, KAEF pun masih meraih pendapatan karena ada revenue sharing. Namun analis menilai kontribusi pendapatan terbesar KAEF masih dari bisnis utama farmasi.

Sampai kuartal III tahun ini, pendapatan KAEF tumbuh 9,26% menjadi Rp 3,07 triliun.  Sementara laba bersih naik 18,42% menjadi Rp 143,82 miliar. Menurut Analis Danareksa Sekuritas, Armando Marulitua, raihan kinerja yang positif ini berasal dari penjualan pihak ketiga untuk produk obat Ethical yang tumbuh 7,6% year on year (yoy) menjadi Rp 1,4 triliun, atau berkontribusi 45% terhadap total.

Penjualan obat generik turun 4,8% yoy menjadi Rp 365,7 miliar. Tapi, pada penjualan pihak ketiga untuk produk yang sama naik 4,5% yoy. Secara keseluruhan, penjualan obat generik berkontribusi 17% dari total pendapatan.

Armando menilai, raihan pendapatan KAEF tak sesuai ekspektasi. Pasalnya, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tak mengangkat kinerja. "Layanan ini tak banyak terlihat efeknya di tahun ini, mungkin ini akan terlihat pada tahun depan," harap dia.

Lebih cemerlang

Armando dan Ankga pun masih optimistis, tahun depan menjadi tahun yang cemerlang bagi KAEF. Pemerintah baru diyakini bakal menggenjot sektor kesehatan.

Menurut Armando, KAEF juga memiliki keunggulan karena memiliki divisi ritel atau apotek. Hingga tahun lalu, KAEF telah memiliki 500 apotek. Di tahun kuda ini pun, KAEF menargetkan membuka 100 apotek baru. KAEF juga memiliki klinik.

Tapi seperti emiten farmasi pada umumnya, melemahnya rupiah menjadi sentimen negatif tersendiri bagi KAEF. Armando bilang, bahan baku yang digunakan KAEF masih dari luar negeri. "Ini bisa menggerus margin perusahaan," jelas dia.

Tapi, Armando yakin, KAEF bisa membukukan pendapatan Rp 5,06 triliun dengan laba bersih Rp 239 miliar di tahun ini. Angka ini naik pendapatan tahun lalu Rp 4,35 triliun dengan laba bersih Rp 214 miliar. Sedangkan di tahun depan, pendapatan terkerek jadi Rp 6 triliun dengan laba bersih Rp 312 miliar. Dia pun merekomendasikan, buy di Rp 1.550.

Angka merekomendasikan, buy di Rp 1.200. Analis Maybank Kim Eng, Janni Asman menyarankan buy di Rp 1.400. Kamis (30/10), harga KAEF naik 0,45% ke Rp 1.110.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana