Diversifikasi ke bisnis emas, saham-saham ini kian direkomendasikan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan tercatat sudah mulai melebarkan sayap ke bisnis pertambangan emas. Beberapa perusahaan yang sudah serius menggarap kilauan emas ini adalah PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Teranyar adalah UNTR dan INDY yang baru mengakuisisi tambang emas pada tahun 2018 lalu. melalui PT Danusa Tambang Nusantara, UNTR resmi menjadi pemegang saham PT Agincourt Resources, pemilik tambang emas Martabe di Sumatra Utara. Nilai transaksi dari akuisisi ini mencapai US$ 917,9 juta.

Selain itu, INDY juga telah mengakuisisi 19,9% saham perusahaan tambang asal Australia, Nusantara Resources pada akhir tahun 2018. Indika melakukan penyertaan sebesar 33,4 juta saham Nusantara di harga A$ 0,23 per saham. Nilai transaksi penyertaan saham melalui aksi private placement itu mencapai A$ 7,78 juta.


Sebelumnya pun, MEDC juga telah mengakuisisi tambang emas Newmont sebesar Rp 33,8 triliun pada November 2016 lalu.

Sara Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR mengatakan, pihaknya masih optimistis lini bisnis emas UNTR melalui anak usaha, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) mampu memproduksi emas 350.000 oz pada tahun 2019. Hingga Februari 2019 lalu saja, produksi emas UNTR sudah mencapai 61.000 oz atau sekitar 17,43% dari target produksi.

“Untuk kontribusi kepada UNTR tergantung harga emas nanti. Sampai saat ini target masih sama dengan belum ada revisi,” ujar Sara kepada Kontan.co.id, Jumat (12/4).

Asal tahu saja, UNTR menganggarkan US$ 50 juta untuk operasional tambang emas ini. Untuk bulan Desember 2018 lalu, produksi emas mencapai 35.000 oz. Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan UNTR di tahun 2018 lalu, PT Agincourt Resources yang sahamnya dimiliki 95% oleh Danusa Tambang, meraih laba tahun berjalan sebesar Rp 276,5 miliar.

Dalam lima tahun ke depan, INDY berharap bisa mengantongi 25% pendapatan dari bisnis non-batubara yang di dalamnya ada kontribusi tambang emas. Saat ini baru 20%.

Cadangan tambang emas perusahaan Nusantara Resources mencapai 1,2 juta oz emas. INDY berharap, tambang ini dapat mulai berproduksi tahun 2021 dengan target produksi 100.000 oz emas per tahun.

Melihat kondisi tersebut, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony mengatakan, strategi emiten tersebut untuk melakukan diversifikasi kepada lini bisnis emas sudah tepat. Terlebih melihat tren kenaikan harga emas yang sudah terlihat di tahun 2019.

“Ditengah harga komoditas yang belum stabil, diversifikasi ke bisnis lain yang lebih prospek tahun ini,” ujar Chris kepada Kontan.co.id, Jumat (12/4). Menurutnya, ini bisa jadi solusi menghadapi gejolak harga komoditas. Sekadar informasi, harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange bertahan di level di US$ 1.301,90 per dollar AS, naik 0,5% sepekan terakhir.

Lebih lanjut, menurut Chris, melihat harga emas terlihat naik seiring dengan ketidakpastian ekonomi dunia. Ditambah lagi, India juga akan melangsungkan pemilu. Biasanya menjelang pemilu, India membeli stok emas. “Belakangan juga dikabarkan China menambah persediaan emasnya, hal ini positif untuk emas karena dari sisi permintaan meningkat,” ujar Chris.

Di kondisi ini, pihaknya masih merekomendasikan UNTR untuk buy on weakness di level Rp 22.000 dengan target harga mencapai Rp 30.000 per saham. Dia merekomendasikan INDY buy on weakness di level 1.500 dengan target harga Rp 2.100 per saham. Sedangkan, untuk MEDC buy di area Rp 750 sampai Rp 830 dengan target harga Rp 1.000 sampai Rp 1.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati