Diversifikasi usaha akan dorong kinerja emiten konstruksi pada tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 ini masih menjadi milik emiten-emiten infrastruktur. Konsistensi pemerintah untuk terus melanjutkan pembangunan sarana infrastruktur di seluruh pelosok tanah air menjadi alasannya.

Setidaknya hal ini tercermin dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 untuk belanja infrastruktur. Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus mengatakan, meski anggaran sektor tersebut hanya naik tipis sebesar 1,04% dari anggaran tahun lalu yang sebesar Rp 410,7 triliun, dia optimistis hal tersebut masih akan menunjang kinerja emiten infrastruktur.

Dana sebesar Rp 415 triliun bakal digelontorkan untuk berbagai keperluan. Anthony mencatat setidaknya pemerintah masih akan terus memperbaharui dan menunjang mobilitas warga dengan menggarap 2.007 kilometer jalan, menyambungkan 27.067 meter jembatan, menyelesaikan 415,2 kilometer rel kereta api dan membangun 4 bandara baru. Selain menunjang mobilitas warga, pemerintah juga masih akan membangun 48 bendungan dan jaringan irigasi bagi 162.000 hektar sawah untuk menyokong produktivitas pangan Indonesia.


“Proyek-proyek itu menjadi harapan bagi sejumlah perusahaan konstruksi di tanah air. Ini kondisi yang baik setelah sebelumnya sektor tersebut sempat mengalami tekanan akibat pelemahan nilai tukar dan pengetatan likuiditas," kata Anthony dalam keterangan yang diterima Kontan, (20/5).

Anthony juga memperkirakan, potensi keuntungan berlipat bisa diperoleh bagi perusahaan-perusahaan yang tidak hanya fokus pada pembangunan jalan. “Perusahaan dengan diversifikasi bisnis yang lebih beragam, tentunya masih akan bisa mengantongi margin dari bisnis properti dan lainnya,” imbuhnya.

Anthony mencontohkan beberapa emiten konstruksi dengan diversifikasi usaha, seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Asal tahu saja, pada tahun ini WIKA disebut siap menuai hasil investasinya dengan menjual beberapa proyek seperti jalan tol dan power plant. “Plus perusahaan juga memiliki bisnis lain mulai dari properti, beton, energi dan gedung,” kata Anthony.

Potensi keuntungan WIKA tahun ini juga semakin solid berkat proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau dikenal dengan Jakarta-Bandung High Speed Rail (HRS), yang juga terlibat untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) phase 2 serta Light Rail Transit (LRT) Jakarta.

Anthony memperkirakan sepanjang tahun 2019, WIKA dapat mengantongi kenaikan pendapatan dengan presentase 10% hingga 15% atau sekitar Rp 52,95 triliun. Dari situ Anthony memproyeksikan pendapatan WIKA pada akhir 2019, bisa mengalami kenaikan hingga 48% menjadi Rp 44,22 triliun. Sedangkan dari segi laba, Anthony memperkirakan kenaikan sekitar 27% atau dikisaran Rp 2,16 triliun.

Selain WIKA, Anthony juga memperkirakan kinerja baik akan diperoleh PT PP (PTPP). Pada tahun ini, manajemen berupaya untuk melakukan keseimbangan atas kapasitas perusahaan. Hal itu nampak pada rasio pinjaman modal sendiri (gearing ratio) sebesar 40%, sehingga perusahaan masih memiliki kemampuan untuk membiayai proyek baru.

Emiten plat merah ini juga termasuk konservatif dalam mengambil proyek-proyek yang akan dikerjakan. “Pun perusahaan lebih fokus mengerjakan proyek yang pembayarannya lebih pasti dan lebih cepat,” ungkap Anthony.

PTPP diperkirakan mampu mengantongi kenaikan order baru sepanjang 2019, sebesar 16%. Persentasi ini setara dengan nominal Rp 41,82 triliun. Dengan begitu maka pendapatan perusahaan diproyeksikan tumbuh sekitar 11%, menjadi Rp 28,12 triliun. Sedangkan laba bersihnya bisa diperkirakan naik sekitar 5%, menjadi Rp 1,58 triliun.

Untuk rekomendasi saham, Anthony punya rekomendasi masing-masing. Menurutnya, saham WIKA bisa dibeli dengan target harga Rp 2.450/saham. “WIKA memiliki bisnis yang lebih beragam dibanding perusahaan konstruksi lainnya. Investasi manajemen di berbagai proyek konstruksi sekitar 5-7 tahun lalu, bakal menuai keuntungan pada tahun ini,” kata Anthony.

Sedangkan rekomendasi Anthony untuk PTPP berbeda. Ia merekomendasi saham PTPP untuk hold dengan target harga Rp 2.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati