Divestasi bikin GGRM menarik untuk jangka panjang



JAKARTA. Gudang Garam Group bakal meraup dana segar. Nilainya tak tanggung-tanggung, mencapai US$ 677 juta atau setara hampir Rp 9 triliun.

Dana itu diperoleh konglemerat rokok tersebut melalui divestasi afiliasinya, yakni PT Karyadibya Mahardhika dan PT Surya Mustika Nusantara kepada Japan Tobbacco Inc. GGRM melepas 100% saham anak usahanya tersebut.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menduga, divestasi itu ada kaitannya dengan rencana PT Gudang Garam Tbk (GGRM) untuk membangun bandara di wilayah Kediri, Jawa Timur. "Biaya untuk membangun bandara itu, kan, enggak murah," ujar Edwin, Jumat (4/8).


Untuk jangka panjang, diversifikasi bisnis ini memang menarik. Apalagi jika mempertimbangkan tantangan industri rokok kedepan yang bakal banyak dihadang oleh isu regulasi dan kesehatan. Tapi memang, untuk jangka pendek, divestasi itu berpotensi mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Sebab, Karyadibya juga memproduksi rokok, salah satunya merek Apache. Namun, merek tersebut sebagiannya juga ada yang berjenis sigaret kretek tangan (SKT) yang mana segmen SKT bukan kontributor utama kinerja GGRM.

Per Juni 2016, pendapatan dari segmen SKT sebesar Rp 34,87 triliun, atau setara sekitar 9% dari pendapatan konsolidasi GGRM.

Bandingkan dengan segmen SKM. Total pendapatannya pada periode itu mencapai Rp 34,87 triliun, atau setara 87% dari pendapatan konsolidasi.

"Pengaruhnya juga hanya sebentar. Mereka pasti punya hitung-hitungan sendiri karena transaksinya (divestasi) besar. Yang jelas, switching bisnis ini kedepannya bakal menarik," jelas Edwin.

Rencana Gudang Garam Group untuk menggarap bandara juga sudah dimulai. Hal ini ditandai oleh ditekennya perjanjian jual beli tanah senilai Rp 845,31 miliar atas tanah seluas 2,68 juta meter persegi. Jual beli yang berupa transaksi afiliasi tersebut dilakukan pada 21 Juni 2017 lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia