KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengalami kerugian cukup besar di tahun 2018, emiten agribisnis PT Provident Agro Tbk (
PALM) ungkap beberapa sebab yang membuat keuangan perusahaan menjadi terbebani. Sebagai informasi,
PALM mengalami kerugian hingga Rp 111,4 miliar sepanjang tahun 2018. Padahal di tahun 2017, perusahaan masih mencatatkan laba sebesar Rp 65,90 miliar. Direktur Keuangan PT Provident Agro Tbk Devin Antonio menyebutkan kerugian itu tak terlepas dari divestasi lahan yang dilakukan oleh
PALM. Tahun 2018 lalu,
PALM telah melakukan divestasi di empat entitas anak yakni PT Transpacific Agro Industry, PT Sumatera Candi Kencana, PT Langgam Inti Hibrindo (LIH), dan PT Mutiara Sawit Seluma (MSS). Tahun 2017, PALM masih memiliki lahan sebesar 23.418 hektare. Secara fantastis, jumlahnya menyusut sebesar 73,9% di akhir tahun 2018. Pada akhir tahun lalu, luas lahan yang dimiliki PALM hanya menyisakan 6.122 hektare saja. “Dari jumlah itu, seluas 5.176 hektare sudah ditanam tanaman menghasilkan. Sedangkan yang belum seluas 946 hektare,” ujar Devin dalam Paparan Publik PALM di Jakarta, Rabu (26/6). Ketika ditanya mengenai alasan divestasi lahan itu, Devin menyebut hal itu dilakukan untuk meningkatkan s
hareholders value. Sebagai konsekuensi logis, divestasi itu turut menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) dan produksi
crude palm oil (CPO) yang dihasilkan PALM. Tercatat, selama tahun 2018 produksi TBS PALM hanya sebesar 167.952 ton. Jumlah itu turun 38,84% bila dibanding produksi tahun 2017 yang sebesar 274.625 ton. Produksi CPO PALM juga turun cukup drastis. Akhir tahun 2018 PALM mencatatkan produksi CPO sebesar 46.159 ton. Jumlah itu turun 38% dari produksi di tahun 2017 yang mencapai 74.963 ton. Penurunan produksi dalam jumlah yang signifikan itu diperparah dengan harga CPO global. Devin mengatakan, pada tahun 2018 rata-rata harga CPO dunia mencapai US$ 595,5 per metrik ton. Jumlah itu turun 17% bila dibanding tahun 2017 dimana harga rerata CPO masih mencapai US$ 714,3 per metrik ton. Sedangkan harga jual CPO PALM pada tahun 2018 juga menurun dibanding tahun 2017. Devin mengatakan di tahun 2017, PALM masih bisa menjual CPO di angka Rp 8.126 per kilogram.
“Sedangkan pada tahun 2018 lalu, harga jual CPO PALM menjadi Rp 7.419 per kilogram,” ungkap Devin. Alhasil, pendapatan PALM juga tertekan. Akhir tahun 2018 ditutup PALM dengan membukukan pendapatan sebesar Rp 446,64 miliar. Angka itu menurun dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp 759,99 miliar. “Penurunan pendapatan sebesar 41,23% membuat kami tak mencatatkan laba. Sehingga untuk tahun ini kami tidak bisa membagikan dividen,” tandas Devin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi