Dividen Emiten Perbankan Diproyeksi Masih Gede, Tapi Emiten Tambang Turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya harga komoditas turut menurunkan ekspektasi pembagian dividen oleh perusahaan pertambangan. Tak dapat dipungkiri, secara historis potensi pembagian dividen, khususnya dividen interim oleh emiten-emiten komoditas merupakan salah satu yang paling tinggi secara imbal hasil alias yield.

Meski demikian, Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menilai, besaran dividen payout ratio dividen emiten pertambangan akan mengikuti dan menyesuaikan pergerakan dari harga komoditas terkait.

Dengan beberapa harga komoditas yang terkoreksi di sepanjang tahun ini, seperti batubara dan nikel, maka kemungkinan besar dividen payout ratio emiten-emiten yang berbasis komoditas seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan lebih rendah dibanding dividen yang dibagikan dari tahun buku 2022.


Baca Juga: Dana Brata Luhur (TEBE) Tebar Dividen Interim Total Rp 38,55 Miliar

Sedangkan jika dibandingkan emiten-emiten dari sektor keuangan, Agung melihat ada kemungkinan dividen payout ratio dividen yang akan dibagikan oleh emiten sektor ini akan lebih cenderung stabil.

“Ini dengan melihat data kinerja sampai dengan tujuh bulan pertama 2023  yang masih cukup solid di antaranya  PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI),” kata Agung.

 
BBRI Chart by TradingView

Agung merekomendasikan investor untuk mencermati saham-saham yang rutin membagikan dividen, di antaranya UNTR, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, dan PT Astra International Tbk (ASII).

Baca Juga: Dana Brata Luhur (TEBE) Tebar Dividen Interim, Berikut Besaran dan Jadwalnya

Untuk saham-saham berbasis batubara, Agung  lebih cenderung bersikap neutral. Akan tetapi, Agung tetap melihat akan adanya penguatan harga komoditas dalam jangka menengah.

Hal ini sejalan dengan ekspektasi potensi inflasi dalam beberapa waktu ke depan yang bisa mengangkat harga komoditas. “Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk potensial trading opportunity,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli