JAKARTA. Nilai mata uang garuda melaju kencang seiring dengan keluarnya data-data ekonomi yang positif dari Badan Pusat Statistik (BPS). Neraca perdagangan pada Februari 2014 mengalami surplus US$ 785,3 juta, sementara inflasi bulan Maret 2014 hanya 0,08% sehingga secara tahunan cuma sebesar 7,32%. Kondisi ini jelas menjadi angin segar bagi pelaku pasar keuangan. Nilai tukar rupiah di kurs tengah Bank Indonesia menguat Rp 133 poin ke level Rp 11.271 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (1/4). Padahal, Jumat (28/3) pekan lalu masih ditutup pada level Rp 11.404 per dollar AS. Namun jangan senang dulu, penguatan rupiah ini diprediksi tak berlangsung lama. Sebab ada risiko permintaan dollar dalam jumlah besar dari korporasi yang dimiliki asing pada beberapa bulan ke depan. Maklum, mereka harus menyetorkan keuntungan kepada pemegang saham yang berdomisili di luar negeri.
Dividen masih menghantui rupiah
JAKARTA. Nilai mata uang garuda melaju kencang seiring dengan keluarnya data-data ekonomi yang positif dari Badan Pusat Statistik (BPS). Neraca perdagangan pada Februari 2014 mengalami surplus US$ 785,3 juta, sementara inflasi bulan Maret 2014 hanya 0,08% sehingga secara tahunan cuma sebesar 7,32%. Kondisi ini jelas menjadi angin segar bagi pelaku pasar keuangan. Nilai tukar rupiah di kurs tengah Bank Indonesia menguat Rp 133 poin ke level Rp 11.271 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (1/4). Padahal, Jumat (28/3) pekan lalu masih ditutup pada level Rp 11.404 per dollar AS. Namun jangan senang dulu, penguatan rupiah ini diprediksi tak berlangsung lama. Sebab ada risiko permintaan dollar dalam jumlah besar dari korporasi yang dimiliki asing pada beberapa bulan ke depan. Maklum, mereka harus menyetorkan keuntungan kepada pemegang saham yang berdomisili di luar negeri.