DJPU memperbesar penerbitan ORI



JAKARTA. Pemerintah bakal menaikkan target penerbitan obligasi ritel Indonesia (ORI) dari rencana semula yang sebesar Rp 15 triliun. Kenaikan target tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah untuk menutup defisit anggaran yang menggelembung.

"Kami akan melakukan upsize obligasi ritel. Kami akan membuka ke beberapa agen penjual yang ingin mengajukan kenaikan target penyerapan ORI," kata Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), Loto Srinaita Ginting, Kamis (27/6).

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati kenaikan penerbitan surat utang negara (SUN) baru menjadi Rp 231,8 triliun atau naik Rp 51,4 triliun dari APBN awal senilai Rp 180,4 triliun.


Di sisi lain, penyerapan penerbitan surat utang tenor pendek seperti lima tahun pada semester I masih di bawah target pemerintah. Investor lebih mengincar tenor panjang dalam lelang SUN. "Oleh karena itu, porsi penerbitan surat utang tenor pendek akan kami kejar dalam penerbitan ORI," imbuh Loto.

Rencananya, DJPU akan menawarkan instrumen ritel bertenor tiga tahun ini pada 20 September hingga 4 Oktober 2013. Sedangkan, penjatahan akan dilakukan 7 Oktober dan settlement 9 Oktober 2013. Pricing kupon akan dilakukan 19 September 2013.

Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Josua Pardede menduga, prospek ORI cukup tinggi seiring mulai meredanya ekspektasi inflasi setelah mencapai puncak pada Juni hingga Agustus. Dengan demikian, imbal hasil kembali turun dan berimplikasi pada kenaikan harga obligasi.

Joshua memperkirakan, Bank Indonesia akan menaikkan kembali suku bunga acuan BI rate 25 basis poin-50 basis poin lagi. "Dengan kenaikan BI rate, pemerintah sebaiknya menetapkan besaran kupon ORI di atas suku bunga deposito," tutur Joshua. Joshua memprediksi, kupon ORI akan ditetapkan dikisaran 6,5% hingga 7,5%.

Head of Fixed Income BCA Sekuritas, Herdi Ranu wibowo optimistis penyerapan ORI tahun ini akan tetap tinggi. Sebab, kupon yang ditawarkan pemerintah diperkirakan menarik karena menyesuaikan kondisi pasar saat ini. "Ini akan menarik bagi investor ritel," kata Herdi.

Herdi memprediksi, total penawaran yang masuk dari investor bisa sekitar Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun. Namun, dia belum dapat memperkirakan besaran kupon yang bakal ditentukan pemerintah untuk instrumen ini. Menurut dia, kupon ORI akan mengacu pada imbal hasil obligasi pemerintah dan kondisi pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati