JAKARTA. Produsen pasir besi, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) menambah deretan emiten yang hendak membeli kembali (buyback) saham. Dalam pernyataan resmi, Jumat (25/4), DKFT berniat melakukan buyback maksimal 563.053.867 saham atau setara 10% dari modal disetor dan ditempatkan perusahaan. Dana buyback yang disiapkan DKTF maksimal senilai Rp 169 miliar. Aksi buyback dilakukan selama tiga bulan terhitung sejak 28 April 2014 sampai dengan 27 Juli 2014. DKFT dibantu Danpac Sekuritas dalam melakukan Buyback.
Sayangnya, DKFT tidak menjelaskan secara konkret batasan harga pelaksanaan buyback. DKFT hanya menyatakan buyback akan dilakukan dengan harga yang lebih rendah dari harga penutupan atau sama dengan harga penawaran sebelumnya. DKFT menyatakan tujuan melakukan buyback adalah untuk menurunkan biaya modal agar dapat meningkatkan pendapatan per saham dan Return on Equity (ROE). Hitungan DKFT, nilai ROE setelah buyback akan naik menjadi 27% dibanding saat ini yang 24%. Pun demikian dengan Return on Asset (ROA) DFKT akan naik dari 22% menjadi 24%, jika buyback berjalan maksimal. Namun, buyback tersebut tentunya memiliki efek samping dalam hal penurunan jumlah aset dan ekuitas. Sebelum buyback, jumlah aset DKFT tercatat Rp 1,6 triliun. Jumlah itu akan turun menjadi Rp 1,43 triliun selepas DKFT merampungkan buyback. Pun demikian dengan ekuitas yang akan turun Rp 169 miliar menjadi Rp 1,28 triliun setelah buyback.
Adapun posisi ekuitas DKFT sebelum buyback tercatat Rp 1,45 triliun. "Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan Perseroan," tulis manajemen DKFT, Jumat (25/4). DKFT menyusul PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang telah lebih dulu mengumumkan rencana buyback. Emiten batubara plat merah dana sebanyak-banyaknya Rp 428,34 miliar. Dana tersebut digunakan untuk buyback sebanyak-banyaknya 1,53% modal dan disetor penuh perusahaan. Periode buyback PTBA dilakukan mulai 10 Maret 2014-9 Juni 2014. Namun, hingga kini, PTBA belum mengeksekusi buyback lantaran harga saham dianggap masih wajar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri