JAKARTA. Jumlah saham PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) akan meningkat. Produsen minuman beralkohol dengan label Anker, Carlsberg, San Miguel, sampai Kuda Putih ini berencana memecah nilai nominal saham (stock split) dengan perbandingan 1:50. Ini berarti jika sebelumnya nominal DLTA Rp 1.000 per saham akan menjadi Rp 20 per saham. “Ini untuk memenuhi surat keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) agar saham perseroan menjadi likuid,” tulis Direktur Utama DLTA, Raymundo Yadao Albano dalam pengumuman, Kamis, (20/5). Ketentuan BEI itu bernomor Kep 00001/BEI/01-2014 perihal Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Salah satu pokok dalam peraturam tersebut adalah ketentuan mengenai jumlah saham yang beredar di publik atau free float. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas perusahaan tercatat dan meningkatkan likuiditas saham emiten di pasar modal. Untuk itu, DLTA akan meminta restu pemodal melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis, (11/6). Acara tersebut akan digelar di Ruang Mutiara 2, Hotel JW Marriot. Saat ini, saham DLTA terdiri dari 16,01 juta lembar. San Miguel Malaysia Pte Ltd menguasai 58,33% kepemilikan, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memeluk 23,34%, dan masyarakat memegang 18,33%. Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengungkapkan bahwa dengan stock split ini, harga saham DLTA akan terpecah dari Rp 270.000 menjadi kisaran Rp 5.400. Ia berharap saham DLTA akan lebih likuid pasca stock split. Reza mencermati bahwa saat ini saham DLTA hanya bergerak berdasarkan momentum. Bahkan, saham DLTA pun telah 2 minggu tak mengalami fluktuasi. "Dengan adanya stocksplit, pergerakannya bisa lebih aktif. Kemudian jumlah pelaku pasar yang melakukan transaksi lebih banyak," ujarnya. Pada kuartal pertama 2015, laba DLTA mengering 58,92% dari Rp 81,2 miliar menjadi Rp 33,35 miliar. Ini disebabkan oleh penjualannya yang turun 42,44% dari Rp 572,19 miliar ke posisi Rp 329,31 miliar. Padahal bebannya terpotong 33,77% dari Rp 70,34 miliar jadi Rp 46,58 miliar. Reza menilai penjualan DLTA turun karena adanya larangan penjualan minuman keras di mini market. Sehingga, DLTA perlu mengejar penjualan di ritel besar dan tempat hiburan. Walaupun bebannya menurun, kondisi itu tak mampu mengerek laba bersih DLTA. Sampai akhir tahun, Reza melihat belum ada peningkatan yang berarti terhadap DLTA. Apalagi saat bulan Ramadhan, penjualan minuman berakohol akan mengalami penurunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
DLTA akan stocksplit saham 1:50
JAKARTA. Jumlah saham PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) akan meningkat. Produsen minuman beralkohol dengan label Anker, Carlsberg, San Miguel, sampai Kuda Putih ini berencana memecah nilai nominal saham (stock split) dengan perbandingan 1:50. Ini berarti jika sebelumnya nominal DLTA Rp 1.000 per saham akan menjadi Rp 20 per saham. “Ini untuk memenuhi surat keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) agar saham perseroan menjadi likuid,” tulis Direktur Utama DLTA, Raymundo Yadao Albano dalam pengumuman, Kamis, (20/5). Ketentuan BEI itu bernomor Kep 00001/BEI/01-2014 perihal Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Salah satu pokok dalam peraturam tersebut adalah ketentuan mengenai jumlah saham yang beredar di publik atau free float. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas perusahaan tercatat dan meningkatkan likuiditas saham emiten di pasar modal. Untuk itu, DLTA akan meminta restu pemodal melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis, (11/6). Acara tersebut akan digelar di Ruang Mutiara 2, Hotel JW Marriot. Saat ini, saham DLTA terdiri dari 16,01 juta lembar. San Miguel Malaysia Pte Ltd menguasai 58,33% kepemilikan, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memeluk 23,34%, dan masyarakat memegang 18,33%. Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada mengungkapkan bahwa dengan stock split ini, harga saham DLTA akan terpecah dari Rp 270.000 menjadi kisaran Rp 5.400. Ia berharap saham DLTA akan lebih likuid pasca stock split. Reza mencermati bahwa saat ini saham DLTA hanya bergerak berdasarkan momentum. Bahkan, saham DLTA pun telah 2 minggu tak mengalami fluktuasi. "Dengan adanya stocksplit, pergerakannya bisa lebih aktif. Kemudian jumlah pelaku pasar yang melakukan transaksi lebih banyak," ujarnya. Pada kuartal pertama 2015, laba DLTA mengering 58,92% dari Rp 81,2 miliar menjadi Rp 33,35 miliar. Ini disebabkan oleh penjualannya yang turun 42,44% dari Rp 572,19 miliar ke posisi Rp 329,31 miliar. Padahal bebannya terpotong 33,77% dari Rp 70,34 miliar jadi Rp 46,58 miliar. Reza menilai penjualan DLTA turun karena adanya larangan penjualan minuman keras di mini market. Sehingga, DLTA perlu mengejar penjualan di ritel besar dan tempat hiburan. Walaupun bebannya menurun, kondisi itu tak mampu mengerek laba bersih DLTA. Sampai akhir tahun, Reza melihat belum ada peningkatan yang berarti terhadap DLTA. Apalagi saat bulan Ramadhan, penjualan minuman berakohol akan mengalami penurunan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News