JAKARTA. Bisnis teknologi informasi rupanya sudah tidak lagi menjanjikan. Tak heran, banyak emiten yang meninggalkan bisnis ini. Salah satunya adalah penyedia jasa teknologi informasi dan internet provider, PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET). Perusahaan yang berdiri pada 1995 ini berencana melepas kegiatan usaha jasa akses internet yang sudah dijalankan selama puluhan tahun. Alasannya, perusahaan ini lebih kerap merugi ketimbang menghasilkan laba. Bahkan, selama lima tahun belakangan, laba yang dibukukan belum cukup menutupi saldo kerugian pada operasi tahun-tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan DNET, Even Go, mengatakan, perusahaan ini berniat bertransformasi menjadi perusahaan investasi dengan melakukan penyertaan modal di beberapa perusahaan. DNET sendiri tengah mengincar tiga perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Salim yakni PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) dan PT Indomarco Prismatama (IDM). DNET bakal menggelar penawaran umum saham terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) untuk mendanai membeli tiga perusahaan tersebut. Berdasarkan prospektus ringkasnya, DNET akan melakukan rights issue yang mengincar dana sekitar Rp 7 triliun. Saham baru yang dilepas sebanyak 14 miliar saham dengan harga penawaran Rp 500 per saham. Selanjutnya, setiap pemegang 23 saham lama berhak atas 1.750 saham baru. Perusahaan ini juga telah menyiapkan pembeli siaga yaitu, PT Terra Konsuma Investama dan PT Buana Capital. Penyertaan modal Dana hasil rights issue sebanyak 37,65% akan digunakan untuk melakukan penyertaan 40% saham Indormaco pemilik gerai Indomaret. Selanjutnya, sebanyak 30,45% akan digunakan untuk membiayai penyertaan 31,5% saham ROTI. Perusahaan juga akan menggunakan 28,55% dana rights issue untuk penyertaan modal 35,84% saham FAST. Sisanya 3,35% untuk modal kerja. Even mengatakan, DNET lebih memilih melakukan penyertaan modal terhadap tiga perusahaan tersebut karena prospek bisnis ketiganya positif. Sektor ritel dan konsumsi akan berkembang karena pertumbuhan ekonomi yang baik. Selain itu, perubahan gaya hidup serta bertumbuhnya pusat perbelanjaan di Indonesia bisa mendukung bisnis tiga emiten tersebut. DNET juga mengincar keuntungan lewat dividen yang dibagikan dengan penyertaan. Sehingga, pendapatan perusahaan ini ke depannya bisa tertopang oleh kinerja tiga perusahaan terkait.
ROTI memang memiliki kinerja yang baik. Pada tahun 2012, produsen makanan ini berhasil membukukan kenaikan laba bersih 28,65% menjadi Rp 149 miliar. Bahkan, pada kuartal I/2013, perusahaan ini mencetak pertumbuhan laba sebesar 72% menjadi Rp 56 miliar. Kondisi ini berbeda dengan kinerja FAST yang cenderung melorot. Pada tahun 2012, laba bersih perusahaan restoran cepat saji ini turun 11,1% dari Rp 229 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp 206 miliar. Begitu juga kinerja kuartal I-2013 turun 208% menjadi Rp 12 miliar. "Kami pilih FAST karena punya fundamental keuangan yang bagus dan pertumbuhan yang stabil," ujar dia, Jumat (7/6). Namun, dia enggan merinci alasan memilih saham FAST. Sementara, kinerja Indomarco tidak diketahui karena statusnya yang bukan perusahaan publik. Meski akan mengganti inti bisnis, DNET tidak 100% mengubah haluan. Even bilang, akan mengalokasikan dana rights issue Rp 200 miliar untuk pengembangan situs www.ogahrugi.com. Rencanannya, situs ini akan ditingkatkan dengan melakukan penguatan jaringan. Emiten ini juga akan menambah server dan membeli komputer. Perusahaan ini berharap situs ini ke depannya bisa menjadi situs e-commerce yang mendukung bisnis investasi perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana