DOID siapkan belanja modal US$ 120 juta



JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menyiapkan belanja modal sebesar US$ 120 juta pada tahun ini untuk menjaga volume produksi perseroan. Dana belanja modal itu akan diperoleh dari kas internal perseroan.

Eddy Purwanto, Direktur Keuangan DOID mengatakan, tahun ini, DOID masih memiliki strategi untuk menjaga efisiensi biaya dan meningkatkan volume produksi. "Belanja modal digunakan untuk mengganti alat-alat berat dan menjaga volume," ujarnya kepada KONTAN, Senin (20/3).

Sepanjang tahun 2016, DOID mencetak pendapatan sebesar US$ 611 juta, naik 4,3% dibandingkan tahun 2015 yang sebesar US$ 565,6 juta. Di tahun 2017, DOID membidik pendapatan yang lebih tinggi, yakni sekitar US$ 700 juta hingga US$ 750 juta.


Efisiensi beban yang dilakukan perseroan, membuat DOID keluar dari belenggu kerugian yang dialami pada tahun 2015. Beban lain-lain pun berhasil dipangkas dari US$ 50,5 juta menjadi US$ 12,7 juta.

Sehingga, di akhir tahun lalu, DOID berhasil mencetak laba bersih US$ 38,51 juta, lebih baik dibandingkan kerugian sebesar US$ 8,3 juta pada tahun 2015 lalu. "Tahun ini, strategi perseroan tetap sama, yakni menghemat biaya," imbuhnya.

Perseroan mencatatkan volume pemindahan lapisan tanah penutup sebesar 299,8 juta bank cubic meters (bcm) dan produksi batubara sebesar 35,1 juta ton sepanjang tahun lalu.

Sementara itu EBITDA juga naik dari US$ 186 juta menjadi US$ 217 juta di tahun 2016, karena ada peningkatan volume, produktivitas dan efisiensi biaya. Perseroan memiliki arus kas bebas (free cash flows) sebesar US$ 107 juta setelah melakukan belanja modal sebesar US$ 126 juta.

Lalu, saldo utang bersih DOID berkurang sebesar US$ 73 juta selama tahun 2016, sehingga saldo utang bersih menjadi sebesar US$ 497 juta dan rasio net debt to EBITDA menjadi 2,3 kali.

Sepanjang tahun lalu, DOID sudah melakukan beberapa perpanjangan kontrak menjadi seumur tambang dan dalam beberapa kontrak tertentu, dengan penambahan volume yang signifikan. Misalnya saja, perpanjangan kontrak dengan PT Tadjahan Antang Mineral senilai US$ 288 juta, perubahan kontrak dengan PT Berau Coal senilai US$ 3 miliar, dan kontrak dengan PT UPS Sidrap Bayu Energy senilai sekitar US$ 4 juta.

Bukan cuma itu, DOID juga memperpanjang kontrak dengan PT Adaro Indonesia sebesar US$ 428 juta, dan meraih kontrak baru dengan PT Angsana Jaya Energi yang mencapai US$ 66 juta. "Jumlah keseluruhan kontrak yang ada saat ini sekitar US$ 5 miliar," tandasnya.

William Suryawijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities mengatakan, perbaikan kinerja yang dialami DOID seiring dengan membaiknya harga komoditas di kuartal akhir tahun 2016. DOID juga berhasil meraup kontrak dengan perusahaan batubara besar, sehingga prospek jangka panjang untuk fundamental DOID masih menarik.

Meski demikian, harga saham DOID dinilai sudah banyak mengalami kenaikan sepanjang tahun ini Sehingga, dalam jangka pendek, William merekomendasikan sell on strength untuk saham DOID dengan target harga Rp 820 per saham.

Saham DOID ditutup turun 2,58% ke level Rp 755 per saham pada perdagangan Senin (20/3).

Narita Indrastiti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia