DOID siapkan belanja modal US$ 56 juta



JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) sepanjang kuartal I-2014 memproduksi lapisan tanah penutup batubara alias overburden sebanyak 59 juta kubik meter atau bank cubic metre (BCM). Jumlah itu turun 14% dibandingkan dengan produksi overburden pada kuartal I-2014 sebanyak 68,7 juta bcm. 

Sementara itu, produksi batubara DOID pada kuartal I-2015 sebanyak 8,1 juta ton atau naik 5% dibanding produksi batubara pada kuartal I-2014 sebanyak 7,7 juta ton.

Direktur DOID Errinto Pardede menyatakan, produksi overburden dan batubara pada kuartal I-2015 ini sudah sesuai dengan permintaan klien atau customer. Produksi overburden dan batubara ini juga sesuai target klien, yakni sebanyal 260 juta - 280 juta bcm untuk overburden dan 33 juta ton untuk produksi batubara pada tahun ini.


Saat ini, DOID berupaya melakukan strategi efisiensi dengan menurunkan volume lapisan tanah penutup dengan batubara yang diambil (stripping ratio). Dengan begitu, baik perusahaan maupun klien tetap bisa mendapatkan keuntungan di tengah penurunan harga batubara seperti saat ini.

"Saat ini harga batubara masih di kisaran kurang lebih US$ 60 per ton," ujar Errinto kepada KONTAN (26/4).

Agar terus memuaskan para kliennya, DOID tahun ini menganggarkan belanja modal sebesar US$ 56 juta. Jumlah belanja ini lebih besar ketimbang belanja modal tahun 2014 yang hanya US$ 30 juta-US$ 40 juta. Dana belanja ini berasal dari kas internal perusahaan. Manajemen DOID ingin memakainya untuk mengganti alat-alat berat ukuran kecil dan membangun infrastruktur mess karyawan

Selain masih fokus menjadi perusahaan kontraktor jasa tambang batubara, DOID juga terus mematangkan produksi pada dua anak usahanya. Saat ini DOID tengah melakukan kegiatan eksplorasi lahan tambang lewat dua anak usahanya yang bergerak dibidang pertambangan batubara.

Pertama, PT Pulau Mutiara Persada yang melalui PT Britmindo masih melaksanakan kegiatan eksplorasi batubara pada tahap awal. Pulau Mutiara Persada memiliki izin usaha pertambangan (IUP) eksplorasi untuk konsesi seluas 1.500 hektare (ha) di Desa Semambu Kecamatan Sumay, Kabupaten Muara Tebo.

Kedua, PT Banyu Biru Sakti yang juga masih melakukan usaha eksplorasi untuk memulai kegiatan eksplorasi batubara di wilayah tambangnya.

Sekadar informasi, PT Banyu Biru Sakti diakuisisi DOID pada 2012 dengan nilai Rp 999 juta dari PT Permata Resources Borneo. PT Banyu Biru Sakti  memiliki konsesi 7.742 ha di distrik Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Menurut Errinto, DOID belum  berpikir memulai produksi. "Dua anak usaha itu belum feasible untuk diproduksi dalam situasi harga batubara saat ini," tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan