JAKARTA. Kontraktor pertambangan batubara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menargetkan produksi 30 juta–31 juta ton tahun 2015. Mereka mengandalkan produksi di PT Adaro Indonesia anak usaha PT Adaro Energy Tbk, PT Kideco Jaya Agung, dan beberapa anak usaha dari PT Bayan Resources Tbk. Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Delta Dunia Makmur Tbk Errinto Pardede, sepanjang tahun 2015 perusahaan menargetkan bisa mengangkut pengupasan tanah (
overburden removal) hingga 270 juta bank cubic meter (BCM) dan memperoleh 30-31 juta ton batubara.
"Sampai September 2015 produksi batubara kami 24 juta ton dan pengupasan tanah 201 juta bcm," kata dia, kepada KONTAN, Kamis (31/12). Sementara untuk belanja modal yang sudah terserap sebesar US$ 23 juta dari target belanja modal yang disiapkan US$ 106 juta. Adapun tahun 2016 perusahaan menargetkan produksi bisa meningkat 39 juta ton batubara dan pengupasan tanah 285,3 juta – 288,9 juta bcm. Rencana peningkatan produksi tahun 2016 sejatinya bakal disumbang dari dua perusahaan baru yang pada tahun ini sudah meneken kontrak. "Saya belum bisa sebutkan belanja modal tahun depan," ujarnya. Dua perusahaan yang baru saja meneken kontrak adalah PT Sungai Danau Jaya (SDJ) dan PT Tadjahan Antang Mineral (TAM), keduanya memiliki tambang di Kalimantan. Errinto mengungkapkan, produksi dua perusahaan itu memang sudah dilakukan, tetapi belum bisa masuk ke dalam pembukuan kinerja perusahaan. "SDJ dan TAM sudah berproduksi tahun ini, tetapi baru bisa terlihat efeknya pada tahun depan," ujar Errindo. Untuk menghadapi operasional tahun ini dan tahun depan, dia menegaskan, ada tiga hal penting yang dilakukan. Pertama efisiensi biaya dan investasi, Kedua meningkatkan produktivitas, dan ketiga menjaga arus kas. "Efisiensi juga kami lakukan terhadap rasionalisasi karyawan karena jumlah klien turun," katanya. Tahun depan manajemen DOID sudah melirik beberapa kontrak baru, tetapi jumlah pasti berapa kontrak yang akan ditandatangani, Errindo mengatakan tergantung situasi perekonomian Indonesia dan harga batubara dunia.
Kondisi yang sulit tahun ini juga membuat DOID membukukan kerugian di kuartal III-2015 sebesar US$ 5 juta. Padahal pada periode yang sama tahun lalu perusahaan bisa membukukan laba bersih sebesar US$ 16,72 juta. "Rugi itu bukan dari operasional tetapi karena ada selisih kurs," ungkap Errinto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto